ANALISIS KUANTITATIF
ASIDI-ALKALIMETRI
A. Tujuan
1. Untuk
menetapkan kadar asam lemah dengan menambahkan pereaksi tertentu untuk
menaikkan keasamannya, sehingga dapat dititrasi dengan baku alkali.
2. Untuk
menetapkan kadar senyawa asam yang tidak larut dalam air.
B. Landasan
Teori
Asidi dan alkalimetri merupakan reaksi
netralisasi yakni reaksi yang terjadi antara ion hydrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa guna menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara pemberian proton (asam) dengan penerima proton
(basa). Asidimetri ini merupakan penetapan kadar secara kuntitatif terhadap
suatu senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat
asam dengan menggunakan baku basa (Gandjar, 2007).
Asam
borat merupakan salah satu bahan kimia yang sering digunakan sebagai bahan
tambahan pada makana. Asam borat terkenal sebagai pengawet makanan karena tidak
memiliki bau dan rasa yang mencolok. Asam borat dan borat yang lain berikatan
dengan sisi ribitil riboflavin, membentuk suatu kompleks yang larut dalam air
dan merupakan metabolit yang tidak aktif. Kompleks riboflavin-borat terdapat
dalam plasma darah dan mengurangi jumlah riboflavin bebas yang seharusnya masuk
ke sirkulasi fetus. Menurut Smith et al. (1983) riboflavin berperan pada
berbagai fungsi penting, antara lain sebagai koenzim pada sistem enzim
respirasi, pada pertumbuhan dan perkembangan fetus, memelihara nukleus epitel
dan jaringan penyusunan mata. Dengan demikian apabila riboflavin yang masuk ke
fetus berkurang, maka akan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan fetus
(Ducha, 2007).
Asam borat dala limbah cair 9air pendiungin bekas)
akan memberikan kesulitan dalam proses sementasi untuk isolasi dan pengukuran
radio aktifnya. Asam borat yang terdapat pada pendingin air bekas diambil
kembali melalui proses efaporasi sehingga diperoleh asam borat sebagai pekatan
(Mulyono, 2007).
Asam O-asetilsalisilat
(aspirin) adalah turunan asam salisilat yang telah dikenal sebagai prototip
obat analgesik kelompok NSAIDs. Sayangnya, stabilitas senyawa ini
menjadi salah satu kelemahannya, di samping efek sampingnya. Reaksi yang paling
berkontribusi dalam degradasi aspirin adalah hidrolisis yang menghasilkan
produk asam salisilat dan asam asetat. Reaksi ini berlangsung dalam berbagai pH
dan laju reaksinya mengikuti kinetika order pertama semu tetapi dalam suasana
yang lebih basa, aspirin terhidrolisis lebih cepat . Sebagai ester asam salisilat, asam O-(4-klorobenzoil)salisilat
dapat mengalami hidrolisis menjadi asam salisilat dan asam 4-klorobenzoat.
Gugus 4-klorobenzoil pada atom oksigen posisi 2 dari gugus karboksilat
merupakan gugus asil yang berukuran lebih besar daripada gugus asetil pada
aspirin. Adanya asil tersebut memberikan halangan ruang bagi nukleofil untuk
menyerang atom C karbonil ester. Di samping itu adanya substituen klor pada
posisi 4 cincin kedua dapat mempengaruhi reaktivitas karbonil tersebut sehingga
menurunkan laju reaksinya (Nuzul Wahyunu Diyah, 2010).
Asam borat memiliki massa molar 61,832 gram/mol dan
densitas sebesar 1,435 g/cm3. Asam borat larut dalam air dengan kelarutan 5,7
gram tiap 100 ml air pada temperatur 250C. Fasa kristalin asam borat terdiri
dari layer-layer molekul B(OH)3 yang diikat bersama oleh ikatan hydrogen
(Gambar 2.2a dan 2.2b). Jarak antara dua layer yang berdekatan adalah 318 pm.
Pada saat dipanaskan di atas suhu 1700C asam borat akan kehilangan air dan
membentuk asam metaborat atau HBO2. Asam metaborat adalah suatu bentuk padatan
berwarna putih dengan sistim kristal kubik dan sedikit larut dalam air. Titik
leburnya sekitar 2360C, ketika dipanaskan di atas suhu 300oC akan mengalami kehilangan
air dan membentuk Asam Tetraborat atau Asam Pyroborat (H2B4O7). Asam borat
terdapat dalam bentuk tiga fasa ini. Pemanasan lebih lanjut akan membentuk
boron trioksida [11]. Asam Borat tidak terdisosiasi dalam larutan (air), tetapi
asamnya yang akan berinteraksi dengan molekul air dengan melalui suatu reaksi
kimia (Dini Harsanti, 2010).
C. Alat
dan Bahan
1. Alat
·
Buret 250 ml
·
Erlenmeyer
·
Gelas kimia 100 ml
·
Gelas ukur 10 ml
·
Lumpang dan alu
·
Hot plate
·
Statif dan klem
2. Bahan
·
Air suling
·
Asam borat 200 mg
·
Bedak
salicyl 250 mg
·
Indikator Fenolftalein
·
Etanol
·
Gliserol
·
Larutan
NaOH 3 N
3. Uraian
Bahan
a. Air
suling (Dirjen POM, 1979)
Nama
resmi : Aqua Destilata
Nama lain : Aquades/ air suling
Rumus molekul : H2O


H
H
Berat molekul : 18,02
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
b. Asam
Borat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Acidum boricum
Nama lain : Asam borat
RM/BM : H3BO3
/61,83
Rumus
struktur : 

Pemerian : Serbuk hablur,putih,atau sisik
mengkilap, tidak
berwarna, kasar,
tidak berbau, rasa agak asam, dan pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air,dalam 3
bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiseptikum ekstern
c.
Asam salisilat (Dirjen POM, 1979 : 56)
Nama
resmi : Acidum salicylicum
Nama
lain : asam
salisilat
RM/BM : C7H6O3 /
138,12
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan
tajam.
d. Phenolphtaleein
(Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Penolphtaleein
Nama lain : fenolftalein
Rumus molekul : C20H14O4
Rumus struktur :

Berat molekul : 318,32
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau
kekuningan.
Kelarutan : sukar larut dalam air, larutan
dalam etanol, agak sukar larut
dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
e. Gliserol
(Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :
Glycerolum
Nama lain : Gliserol/Gliserin
RM/BM : C3H8O3 /92,10
Rumus struktur : HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH
Pemerian : Cairan seperti sirop,
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopis
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan
dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P, dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai sampel
f. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrii Hydroxydum
Nama lain : Natrium hidroksida
RM/BM : NaOH / 40
Rumus struktur : 

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur / keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera
menyerap karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol(95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Larutan Standar Sekunder
g. Alkohol (FI III, hal 65)
Nama resmi : Aethanolum
Nama latin : Etanol,
alcohol
RM/BM : C2H6O/46,07
Pemerian
: Jernih, tidak berbau, bergerak,
cairan pelarut,
menghasilkan
bau yang khas dan rasa terbakar
pada lidah.
Kelarutan :
-
Penyimpanan :
dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, di tempat sejuk jauh
dari nyala api.
D. Prosedur Kerja
1.
|

-
Dilarutkan kedalam air sebanyak 7 ml
-
Ditambahkan gliserin sebanyak 10 ml
-
Ditambahkan 3 pipet fenolftlein.
-
Dititrasi dengan larutan NaOH 3 N
0,8 ml
2.
Penetapan Kadar Bedak salicyl
![]() |
-
Dilarutkan dalam etanol netral 15 ml.
-
Ditambahkan air bebas CO2 sebanyak
20 ml.
-
Ditambahkan indicator PP 3 pipet
-
Dititrasi dengan larutan NaOH 3 N
0,5
ml
E. Hasil
Pengamatan
Ø Tabel
Pengamatan
1. Penetapan
Kadar Asam borat
PERLAKUAN
|
HASIL
|
20
mg asam borat + 7 ml air + 10 ml gliserol
|
Larutan
bening
|
Ditambahkan
3 pipet indicator PP
Dititrasi
dengan NaOH 3N
|
Larutan
merah jambu (0,5 ml)
|
2. Penetapan
Kadar bedak Salicyl
PERLAKUAN
|
HASIL
|
250
mg bedak salicyl + 15 ml etanol + 20 ml air
|
Larutan
putih
|
Ditambahkan
3 pipet indicator PP
Dititrasi
dengan NaOH 3N
|
Larutan
ungu (0,8 ml)
|
Ø Perhitungan
1.
Penetapan kadar asam borat
BE = 6,183
Kadar asam borat = 

Kadar asam
borat =


=
46,37 %
2. Penetapan
kadar asam salisilat
BE = 13,812
Kadar asam salisilat = 

Kadar asam salisilat = 

= 13, 26 %
F. Pembahasan
Asidi
dan alkalimetri merupakan reaksi netralisasi yakni reaksi yang terjadi antara
ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa guna menghasilkan air yang
bersifat netral. Untuk mengetahui saat reaksi sempurna pada analisis titrimetri
dan volumetric digunkan suatu zat yang disebut sebagai indikator. Indikator
umumnya adalah senyawa berwarna dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya
dengan adanya perubahan pH. Adanya perubahan warna dikarenakan indikator
menanggapi adanya kelebihan titran didalam suatu senyawa. Indikator berubah
warna karena sistim kloroformnya diubah oleh reaksi asam basa.
Pada percobaan titrasi asam-basa yang telah dilakukan, digunakan sebuah
indikator yakni indikator fenolftalein (pp). Indikator ini ditambahkan pada
titran sebelum titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekivalen terjadi dan pada saat itulah proses titrasi dihentikan. Titik akhir
titrasi yaitu pH pada saat indikator berubah warna. Fenolftalein merupakan
indikator yang sering digunakan. Saat terjadi titik ekivalen, terjadi perubahan
warna menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan berada pada pH asam
atau basa. Indikator fenolftalein ini mempunyai warna tertentu pada trayek pH
atau rentang pH tertentu yang ditunjukkan dengan perubahan dari warna tersebut.
Fenolftalein tidak bereaksi hanya saja saat keadaan basa ia berwarna merah.
Oleh sebab itulah, pada percobaan ini digunakan indikator fenolftalein karena indikator
ini pada suasan asam tidak berwarna dan pada titik ekivalen berubah warna
menjadi merah muda.
Prinsip
dasar titrasi asidi - alkalimetri terdapat pada pengukuran pH larutan yang
menjadi dasar penentuan titik akhir dan perhitungan titrasi tersebut. Penentuan
titik ekivalen atau titik akhir pada titrasi asidi - alkali ini sangat sulit di
lakukan, karena untuk menyetarakan antara larutan pereaksi dan tereaksi sangat
sulit, oleh karena itu, indikator penghitung asam - basa sangat di perlukan
pada titrasi ini.
Pada
percobaan asam salisilat yang kami lakukan diperoleh hasil bedak salicyl +
aquades + alkohol yang di titrasi menghasilkan larutan berwarna putih.Larutan
NaOh + indicator fenolftalein yang di titrasi menghasilkan larutan berwarna
ungu dengan kadar 46,37 %. Sedangkan hasil percobaan asam borat yang kami
lakukan di peroleh hasil asam borat + aquades + gliserol menghasilkan larutan
berwarna bening. Indikator fenolftalein
+ larutan NaOH menghasilkan larutan berwarna merah jambu dengan kadar 13,26 %.
G. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan kali ini yaitu :
1.
Kadar asam salisilat pada percobaan kali
ini yaitu 46,37 %
2.
Kadar asam borat pada percobaan kali ini
yaitu 13,26 %
DAFTAR
PUSTAKA
Daryoko, Mulyono, 2007, Perancangan alat
pengambilan asam borat dari sistim air pendingin primer PLTN-Rektor air ringan
bertekanan, 1000 MW ,Jurnal Teknologi
pengelolahan limbah, ISSN 1410-9565, Volume
10 nomor 1 juli 2007.
Ducha, Nur, Mammed Sagi dan Istriyati,
2007, Studi pertumbuhan dan perkembangan kodrosit embrio ayam dalam kultur
dengan asam borat, Jurnal biologi UGM.
Gandjar, Ibnu, Gholib dan Rohman Abdul,
2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar