Senin, 09 November 2015

LAPORAN KINETIKA REAKSI KIMIA



KINETIKA REAKSI KIMIA
A.    Tujuan Percobaan
Mempelajari kinetika suatu reaksi kimia dan menentukan waktu kadaluarsa obat.
B.     Landasan Teori
Kinetika reaksi adalah suatu cabang ilmu kimia yang mempelajari mekanisme reaksi, yaitu bagaimana reaksi itu berlangsung dan kecepatan terjadinya reaksi. Kecepatan merupakan pengurangan setiap satuan jumlah berlangsungnya reaksi dan itu tergantung pada jenis reaksi. Kinetika suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara mengikuti perubahan selama terjadinya reaksi. Dengan menganalisa campuran reaksi dalam selang waktu tertentu, maka konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi dapat dihitung. Selanjutnya dari data-data yang diperoleh tersebut kinetika reaksi dapat ditentukan (Agung, 2010).
Suatu reaksi kimia berlangsung karena atom-atom bersenyawa membentuk molekul-molekul baru dengan cara pembentukan electron oklet dalam masing-masing atom. Laju berlangsunya proses kimia dan energy-energi yang bertalian dengan proses ini secara mekanisme reaksi kimia dipelajari dalam kinetika (Edhawati, 2007).
Nilai konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh sifat pereaksi dan suhu. Nilai konstanta laju reaksi (k) naik dengan kenaikan suhu. Hal ini karena dengan naiknya suhu reaksi maka suplai energi untuk mengaktifkan pereaksi dan tumbukan antar pereaksi untuk menghasilkan reaksi akan bertambah sehingga produk yang dihasilkan akan lebih banyak. Dalam penentuan nilai konstanta laju reaksi hidrolisis selulosa diperlukan nilai konstanta. Energi aktivasi (Ea) merupakan energi yang harus dimiliki oleh molekul sehingga mampu bereaksi. Hanya molekul-molekul yang memiliki energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi yang kemudian mampu bereaksi atau dapat membentuk komplek teraktifkan yang terurai menjadi molekul hasil reaksi. Molekul-molekul tersebut disebut sebagai molekul teraktifkan (Tursilodi, 2011).
Beberapa prinsip dan proses laju reaksi dalam bidang kefarmasian antara lain (1)kestabilan dan tak tercampurnya proses dalam laju reaksi umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidak aktifan obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut, (2)disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molecular, (3)proses absobsi, distribusi, eliminasi, beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorbs obat ke dalam tubuh, laju distribusu obat dalam tubuh dan laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai factor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh dan melalui jalur pelepasan, (4)kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses dari laju reaksi (Nurahmadani, 2012).
Laju reaksi atau kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat pereaksi atau produk tiap satuan waktu. Jika kita tahu persamaan kimia suatu reaksi, maka dapat ditentukan lajunya dengan mengetahui perubahan konsentrasi reaktan atau produknya yang dapat dideteksi secara kuantitatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu keadaan alami atau reaktifitas pereaksi, luas permukaan, konsentrasi, temperatur, katalis, dan cahaya. Hukum laju pada umumnya laju reaksi bergantung pada semua zat-zat yang terlibat dalam reaksi dan jika konsentrasi suatu preaksi ditambah, laju reaksi pun meningkat (Anief, 1988).














C.    Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan :
-          Pipet volume
-          stopwatch
-          Filler
-          Gelas kimia 500 ml
-          Labu takar 100 ml
-          Tabung reaksi 15 buah
-          Spektronik genesys 20
-          Termometer
-          Pipet tetes
-          Batang pengaduk
-          Gegep
-          Water bath
2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan :
-          Asetosal 0,2 g
-          Larutan besi III klorida (FeCl3) 1 %
-          Aquades
-          Alkohol 96 %
-          Es Batu

D.    Prosedur Kerja
Asetosal 0,2 gr
Asetosal 0,02 gram
 


- Ditimbang 0,02 g
- Dilarutkan dalam 1,5 ml alcohol
   96%
- Diencerkan dalam 100 ml air
-
Asetosal dalam tabung reaksi
Dibagi dalam 5 tabung reaksi
                                                                                                                  
-                                                            
- Dipanaskan pada suhu 40 oC
-    Ditambahkan 2 pipet larutan FeCl­3 1%
- Dikocok
- Dibaca serapan larutan pada panjang
  gelombang 525 nm
- Dihitung Co dan Co-C
- Ditentukan orde reaksinya
-  Diulangi cara yang sama pada suhu 50oC dan 60oC
 Hasil pengamatan..?
E.     Hasil Pengamatan
1.      Tabel Pengamatan
                   Persamaan regresi linear kurva standar    Y = 0,9 x + 0,005
a.         Pemanasan 40 oC
Sampel
Panjang Gelombang
Waktu  (menit)
Absorbansi
Tabung I
525 nm
5
0,255 A
Tabung II
525 nm
10
0,289 A
Tabung III
525 nm
15
0,245 A
Tabung IV
525 nm
20
0,255 A
Tabung V
525 nm
25
0,248 A

b.          Pemanasan 50 oC
Sampel
Panjang Gelombang
Waktu  (menit)
Serapan
Tabung I
525 nm
5
0,233 A
Tabung II
525 nm
10
0,277 A
Tabung III
525 nm
15
0,279 A
Tabung IV
525 nm
20
0,264 A
Tabung V
525 nm
25
0,293 A




c.          Pemanasan 60 oC
Sampel
Panjang Gelombang
Waktu  (menit)
Serapan
Tabung I
525 nm
5
0,282 A
Tabung II
525 nm
10
0,292 A
Tabung III
525 nm
15
0,365 A
Tabung IV
525 nm
20
0,482 A
Tabung V
525 nm
25
0,522 A

d. Perhitungan
a.    Dimasukkan harga serapan sebagai y pada persamaan y = 0.9x + 0,005 sehingga nilai x dapat diketahui
ü Pemanasan 40o C
Sampel
Waktu  (menit)
Serapan
X
Tabung I
5
0,255 A
0,278
Tabung II
10
0,289 A
0,315
Tabung III
15
0,245 A
0,266
Tabung IV
20
0,255 A
0,278
Tabung V
25
0,248 A
0,270

ü Pemanasan 50o C
Sampel
Waktu  (menit)
Serapan
X
Tabung I
5
0,233 A
0,253
Tabung II
10
0,277 A
0,302
Tabung III
15
0,279 A
0,304
Tabung IV
20
0,264 A
0,287
Tabung V
25
0,293 A
0,320
ü  Pemanasan 60o C
Sampel
Waktu  (menit)
Serapan
X
Tabung I
5
0,282 A
0,307
Tabung II
10
0,292 A
0,318
Tabung III
15
0,365 A
0,4
Tabung IV
20
0,482 A
0,53
Tabung V
25
0,522 A
0,574

b.    Dihitung C0 dan C0 – C, dengan mengingat molekul ekuivalensinya
ü  Mencari nilai C0
Dik      : Berat molekul asetosal (C9H8O4) = 180,16 g/mol
mol C6H8O6     =                        
 =
 = 0,00011 mol
M C9H8O4           =
 =
 = 0,00011 mol/L
Jadi, nilai Co    = 0,00011 mol/L 
ü  Mencari nilai C
C = C0 – X = konsentrasi mula-mula – jumlah yang terurai pada waktu t




·         Pemanasan 400C
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
X
C (mol/L)
Tabung I
5
0,00011
0,278
0.277
Tabung II
10
0,00011
0,315
0,314
Tabung III
15
0,00011
0,266
0,265
Tabung IV
20
0,00011
0,278
0,277
Tabung V
25
0,00011
0,270
0,269



·         Pemanasan 50oC
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
X
C (mol/L)
Tabung I
5
0,00011
0,253
0,252
Tabung II
10
0,00011
0,302
0,301
Tabung III
15
0,00011
0,304
0,303
Tabung IV
20
0,00011
0,287
0,286
Tabung V
25
0,00011
0,320
0,319





·         Pemanasan 60oC
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
X
C (mol/L)
Tabung I
5
0,00011
0,307
0,306
Tabung II
10
0,00011
0,318
0,317
Tabung III
15
0,00011
0,4
0,399
Tabung IV
20
0,00011
0,53
0,529
Tabung V
25
0,00011
0,574
0,573

ü Mencari nilai Co – C
·         Pemanasan 400C
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
C (mol/L)
Co-C
Tabung I
5
0,00011
0.277
0,276
Tabung II
10
0,00011
0,314
0,313
Tabung III
15
0,00011
0,265
0,264
Tabung IV
20
0,00011
0,277
0,276
Tabung V
25
0,00011
0,269
0,268




                       
·          Pemanasan 500C
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
C (mol/L)
Co – C
Tabung I
5
0,00011
0,252
0,251
Tabung II
10
0,00011
0,301
0.300
Tabung III
15
0,00011
0,303
0,302
Tabung IV
20
0,00011
0,286
0,285
Tabung V
25
0,00011
0,319
0,318
 
·         Pemanasan 600C
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
C (mol/L)
Co – C
Tabung I
5
0,00011
0,306
0,305
Tabung II
10
0,00011
0,317
0,316
Tabung III
15
0,00011
0,399
0,398
Tabung IV
20
0,00011
0,529
0,528
Tabung V
25
0,00011
0,573
0,572






c.    Dimasukkan hasil perhitungan pada persamaan reaksi orde I atau II, ditentukan  peruraian asetosal mengikuti orde I/II
Orde I
k =  log


·         Pemanasan  400C
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
C (mol/L)
Co - C
K
Tabung I
5
0,00011
0.277
0,276
-1,570
Tabung II
10
0,00011
0,314
0,313

Tabung III
15
0,00011
0,265
0,264

Tabung IV
20
0,00011
0,277
0,276

Tabung V
25
0,00011
0,269
0,268


·         Pemanasan 500C
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
C (mol/L)
Co – C
K
Tabung I
5
0,00011
0,252
0,251

Tabung II
10
0,00011
0,301
0.300

Tabung III
15
0,00011
0,303
0,302

Tabung IV
20
0,00011
0,286
0,285

Tabung V
25
0,00011
0,319
0,318


·         Pemanasan 600C
Sampel
Waktu(menit)
Co (mol/L)
C (mol/L)
Co – C
K
Tabung I
5
0,00011
0,306
0,305

Tabung II
10
0,00011
0,317
0,316

Tabung III
15
0,00011
0,399
0,398

Tabung IV
20
0,00011
0,529
0,528

Tabung V
25
0,00011
0,573
0,572


F.     Pembahasan
Kinetika kimia merupakan bagian ilmu kimia fisiska yang memepelajari laju reaksi kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penjelasan hubungannya terhadap mekanisme reaksi, Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakan molekul, elemen, atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi waktu. Mekanisme reaksi adalah serangkaian tahap reaksi yang terjadi secara berurutan selama proses perubahan reaktan menjadi produk. Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan pengamatan dan pengukuran besar termodinamika suatu reaksi dengan mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu sistem. Syarat untuk terjadinya suatu reaksi kimia bila terjadi penurunan energi bebeas.
Waktu paruh suatu obat dapat memberikan gmbaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatan degregasi kimiawinya, panas, asam-asam alkali, oksigen, cahaya, dam factor-faktor lain yang dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degregasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesi atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi. Kecepatan dekomposisi obat ditunjukan oleh kecepatan perubahan kesentrasi mula-mula satu atau lebih reaktan dan dinyatakan dengan tetapan kecepatan reaksi “K”.
Praktikum kali ini bahan oabat yang digunakan yaitu asetosal yang merupakan ester dari asam karboksilat atau derivate  dari asam salisilat, dan  menggunakan metode elevated yaitu suatu metode yang digunakan untuk mempercepat reaksi suatu obat dengan memanaskannya pada temperature yang lebih tinggi.  Dengan metode ini kita dapat mempercepat terurainya molekul atau senyawa-senyawa dalam obat dengan pemanasan.  Dalam proses kerjanya kami melakukan pendinginan dengan es batu dengan tujuan untuk menghentikan penguraian obat yang terjadi. Perlakuan pertama dengan mengunakan 15 tabung reaksi yang telah diisi dengan larutan asetosal yang kemudian dipanaskan dengan suhu 40 oC, 50 oC, dan 60 oC serta waktu yang berbeda pula yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit.  Tujuan dari pemanasan yaitu untuk mempercepat laju reaksi sehingga  solut lebih larut dalam solven. Waktu pemanasan mempengaruhi dekomposisi atau terirainya obat, dimana semakin lama dipansakan mak obat akan semakin mengurai atau terdekomposisi, begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan lama pemanasan meningkatkan laju reaksi lar utan sehingga cepat terurai dan meningkat, seperti yang terlihat pada hubungan konstanta kinetika reaksi dengan suhu pada persamaan arhenius, dimana hubungan konstanta kinetika reaksi berbanding lurus dengan waktu bila tenaga aktivasi kostanta gas umum dianggap konstan dengan kata lain semakin lama dipanaskan, maka konstanta kinetika reaksi juga akan bertambah.
Perlakuan kedua yaitu menghitung absorbansi dari larutan asetosal yang telah di panaskan denngan suhu yang berbeda-beda. Sesuai dengan prinsip kerja spektronik gynesis 20  yang hanya dapat membaca zat yang memiliki warna, maka pada percobaan ini  diperlukan larutan FeCl3 dimana pada pemberian FeCl3 menghasilkan warna saat mencapai kesetimbangan atau titik ekuivalen. Absorbansi yang diperoleh masing-masin tabung pada pemanasan suhu masing-masing 40oC, 50oC, dan 60oC di peroleh absorbansinya berbeda-beda.
Dalam bidang  farmasi ilmu ini sangat penting karena dalam penerapannya dapat digunakan untuk menentukan paruh waktu obat ataupun waktu kadaluarsa obat.  Sehingga dapat diketahui kapan batas waktu obat tersebut telah rusak atau zat-zat didalamnya telah menjadi toksik sehingga tidak dapat digunakan lagi.  Dalam kinetika reaksi ini kita juga dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya obat (gangguan stabilitasnya) seperti pecahnya suatu ikatan obat,   perpindahan ion atau molekul jika bertabrakan satu sama lain serta faktor cahaya, panas, dan lain-lain.







G.    Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai absorbansi berbanding terbalik dengan ketetapan laju reaksi , artinya semakin besar nilai absorbansinya semakin kecil nilai ketetapan laju reaksi, dan semakin kecil nilai absorbansinya semakin besar nilai ketetapan laju reaksinya. 
















DAFTAR PUSTAKA
Agung, Tuhu., dkk. 2010. Pengolahan Air Limbah Industri Tahu Dengan Menggunakan Teknologi Plasama. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol 2(2).

Anief, M., 1988, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Edahwati.L, 2007. Kinetika Reaksi Pembuatan NaOH Dari Soda ASH Dan Ca(OH)2. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, Vol.7(2).

Nurahmadani. 2012. Laporan Kinetika Reaksi. http://lap-kinetika-reaksi.html.

Tursiloadi, Silvester., dkk. 2011. Model Matematika Proses Hidrolisis Selulosa Batang Pisang Menjadi Glukosa Menggunakan Katalis Asam Cair.Jurnal Teknik Industri Pertanian. Vol 19(3).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar