Rabu, 04 November 2015

PENENTUAN KADAR GOLONGAN SULFONAMIDA BERDASARKAN REAKSI DIAZOTASI DAN KOPLING SECARA SPEKTROFOTOMETER UV VIS



LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR GOLONGAN SULFONAMIDA BERDASARKAN REAKSI DIAZOTASI DAN KOPLING SECARA  SPEKTROFOTOMETER UV VIS
O L E H  :
NAMA                                   : KARMILA WATI
STAMBUK                           : F1F1 12 105
KELOMPOK                        : III (TIGA)
ASISTEN                               : SARLAN S.Si

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
201
PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR GOLONGAN SULFONAMIDA BERDASARKAN REAKSI DIAZOTASI DAN KOPLING SECARA  SPEKTROFOTOMETER UV VIS
A.  Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar golongan sulfonamida berdasarkan reaksi diazotasi dan koplingsecara spektrofotometer UV Vis

B.  Landasan Teori

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan tabung foton. Metode spektrofotometri memiliki keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah kecil (Harini, 2012).
Spektrofotometri adalah salah satu teknik analisis yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dengan panjang gelombang (λ) 190-380 nm dan sinar tampak pada panjang gelombang (λ) 380-780 nm. Serapan cahaya oleh suatu molekul dalam daerah spectrum  sangat bergantung pada struktur elektronik dari molekul. (Asih, 2012).
Percobaan menggunakan alat spektrofotometer dilakukan untuk dapat melakukan analisis dengan menggunakan metode spektrofotometri sinar tampak, salah satu syaratnya adalah bahwa sampel yang akan diamati harus merupakan suatu larutan berwarna. Apabila sampel tersebut tidak berwarna maka perlu ditambah suatu larutan pengompleks agar diperoleh sampel yang memiliki warna, sebab hanya larutan berwarna yang dapat memberikan suatu serapan sehingga besarnya absorbansi (A) atau % transmitasi (% T) dapat dibaca. Oleh karena zat yang akan diamati/dianalisis sudah termasuk larutan). Idealnya alat yang digunakan untuk system spektrofotometri merupakan satu rangkaian alat yang memang digunakan untuk analisis metode ini. (Herlani, 2012).
Penggunaan spektrofotometri  sebagai alat bantu analisis meningkat seiring dengan perkembangan dunia elektronik yang pesat terutama teknologi mikrokomputer dalam tiga puluh tahun terakhir. Akhir-akhir ini penggunaan spektrofotometri makin mudah dengan meningkatnya daya pisah instrumen analitik yang dilengkapi mikrokomputer dengan perangkat lunak yang sesuai sehingga mampu menghasilkan spectra secara cepat. Fasilitas ini memungkinkan analisis multikomponen dalam campuran yang spektranya saling tumpang tindih. Beberapa keuntungan dari metode ini antara lain: spektrum  memberikan gambaran struktur yang terinci dari spektrum serapan dan gambaran ini makin jelas dari spektra pertama ke keempat. Selain itu, dapat dilakukan analisis kuantitatif suatu komponen dalam campuran dengan bahan yang panjang gelombangnya saling berdekatan. Dalam bidang farmasi, karena terkait dengan terapi, penetapan kadar obat adalah masalah analisis dalam kontrol kualitas pada industri farmasi. Spektrofotometri adalah teknik analisis dengan kemampuan memisahkan campuran obat yang memiliki spektra tumpang tindih. Selain itu, telah digunakan pula untuk penetapan kadar obat yang tercampur dengan hasil peruraiannya (Nurhidayati, 2007).
Metoda spektrofotometri visibel adalah salah satu metoda analisis kimia untuk menentukan unsur logam, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Analisis secara kualitatif berdasarkan pada panjang gelombang yang ditunjukkan oleh puncak spektrum (190 nm s/d 900 nm), sedangkan analisis secara kuantitatif berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Intensitas ini sangat tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Pembentukan warna dilakukan dengan cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan     (Fatimah, 2009).
Diazotasi ini telah digunakan secara umum untuk penetapan senyawa-senyawa dalam industri zat warna, senyawa farmasi dan dapat dipakai untuk penetapan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amina aromatis primer (Wiadnya, 2012).
Sulfamerazina (FI edisi III hal. 584), (NH2SO2NHCH3N(4-metil,2pirimidinil)–sulfanilamida merupakan serbuk atau hablur, putih atau agak kekuningan : tidak berbau rasa agak pahit, mantap di udara kalau cahaya langsung lambat laun warna menjadi tua. Kelarutannya sangat sukar larut dalam air, dalam kloroform p , dan dalam eter p,  sukar larut dalam  etanol (95%) p, agak sukar larut dalam aserton p, mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkalihidroksida. Khasiat sulfamerazine adalah sebagai antibakteri (Dirjen POM, 1979).
Trisulfa adalah kombinasi dari tiga sulfonamida, biasanya sulfadiazin, sulfamerazin, dan sulfametazin dalam perbandingan yang sama. Karena dosis setiap obat hanya sepertiga dari dosis biasa dan daya larutnya masing-masing tidak saling dipengaruhi, maka bahaya kristaluria sangat diperkecil. Sulfonamida adalah kemoterapeutika bakteriostatis dengan spektrum luas yang ditahun 1950-an sampai dengan 1970-an banyak digunakan dengan sukses terhadap banyak penyakit infeksi oleh baik kuman gram-positif maupun gram-negatif. Efek samping yang terpenting adalah kerusakan parah pada sel-sel darah yang berupa antara lain agranulositosis dan anemia hemolitis, terutama pada penderita defisiensi glukosa-6-fosfodehidrogenase. Oleh karena itu bila sulfa digunakan lebih dari dua minggu perlu dilakukan pemantauan darah (Tjay dan Rahardja, 2007).
Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar,2007). Diazotasi ini telah digunakan secara umumuntuk penetapan senyawa-senyawa dalam industri zat warna, senyawafarmasi dan dapat dipakai untuk penetapan semua senyawa-senyawa yangmengandung gugus amina aromatis primer (Wiadnya, 2012)


C.  Alat danBahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
·         Botol gelap
·         Filler
·         Gelas kimia 100 mL
·         Gelas ukur 100 mL
·         Kuvet
·         Labu Erlenmeyer
·         Labu takar 500 dan 100 mL
·         Lumpang dan alu
·         Pipet tetes
·         Pipet volume 5 mL
·         Spatula
·         Spektrofometer UV Vis
·         Timbangan analitik
2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
·         Alkohol 70%
·         Aluminium foil
·         Aquades
·         Sulfadiazine murni
·         Sulfadiazine sampel (Trisulfa)
·         Tisu
3.      Uraian Bahan
a.       Aquades (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi           : Aqua destillata
Nama lain              : Air suling
BM/RM                 : 18,02/H2O
Pemerian               : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan                                           tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : Sebagai pelarut
b.      Alkohol (Ditjen POM, 1979).
Nama resmi           : Aethanolum
Nama lain              : Etanol
Pemerian               : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan                                       mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah                                         terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak                                                 berasap.
Kelarutan              : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P                                       dan dalam eter P.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari                                               cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan              : Sebagai kosolven.
Identifikasi            : Pada 5 ml larutan 0,5% b/v, tambahkan 1 ml                                               natrium hidroksida 0,1 N, kemudian tambahkan                                       perlahan-lahan 2 ml larutan iodium P. Tercium bau                                              iodoform dan terbentuk endapan kuning.
c.       Sulfadiazin (Ditjen POM, 1979).
Nama resmi           : Sulfadiazinum
Nama lain              : Sulfadiazina
BM/RM                 : 250, 27/C10H10N4O2S
Pemerian               : Serbuk, putih, putih kekuningan atau putih agak                                         merah jambu, hampir tidak berbau dan tidak berada.
Kelarutan              : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut                                               dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P, mudah                                             larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan                                                 alkali hidroksida.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari                                                 cahaya.
Kegunaan              : Sebagai sampel.
Identifikasi            : Panaskan perlahan-lahan 1 g hingga terbentuk                                             sublimasi. Campur beberapa mg sulimat dengan 1                                        ml larutan resorsinol P, 0,5% b/v  dalam etanol                                            (95%) P, tambahakan 1 ml asam sulfat P, terjadi                                     warna merah tua. Encerkan hati-hati dengan 25 ml                                        air es, tambahkan ammonia encer P, terjadi warna                                        biru kemerahan sampai biru.

D.  Prosedur Kerja
1.      Pembuatan Larutan Standar
Sulfadiazine Murni
-       Ditimbang sebanyak 0,05 gr
-       Dilarutkan dengan 25 mL alkohol
-       Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
-       Dicukupkan dengan akuades hingga 100 mL
-       Dikocok hingga homogen
Larutan Standar Sulfadiazine Murni 
 














2.      Pembuatan Larutan Uji
Larutan Standar Sulfadiazine
Labu takar 2
Labu takar 3
Labu takar 4
Labu takar 5
-  Dipipet sebanyak 40 ml larutan standar


-  Dipipet sebanyak 60 ml larutan standar


-  Dipipet sebanyak 80 ml larutan standar


-  Dipipet sebanyak 100 ml larutan standar


Labu takar 1
-  Dipipet sebanyak 20 ml larutan standar

-  Dimasukkan kedalam 5 labu takar100 mL
 





                                          

Larutan uji konsentrasi 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 dan 0,5 M dengan
Nilai absorbansi masing-masing 0.533, 0.761, 1.119, 1.463, 1.795
-  Dicukupkan dengan akuades hingga 100 mL
-  Dikocok hingga homogen
-  Dimasukkan dalam botol gelap
-  Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400 nm di spektrometer Uv-Vis 

 















3.      Penentuan Kadar Sampel Sulfadiazine
Sulfadiazine Sampel (Trisulfa)
-       Digerus hingga halus menggunakan lumpang dan alu
-       Ditimbang sebanyak 0,1 gr
-       Dilarutkan dengan 25 mL alkohol 70%
-       Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
-       Dicukupkan dengan akuades hingga 100 mL
-       Dimasukkan kedalam botol gelap
-       Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400 nm di spektrofotometer Uv-Vis.
Larutan Sampel Sulfadiazine (Trisulfa) dengan nilai absorbansi 2.267
 















E.  Hasil Pengamatan

1.      Tabel Pengamatan

Data Standar
No.
Conc(ppm)
WL1[239.0nm]
ABS
1
0.1
0.533
0.533
2
0.2
0.761
0.761
3
0.3
1.119
1.119
4
0.4
1.463
1.463
5
0.5
1.795
1.795

Sample Data (Trisulfa)
No.
Nama Sampel
Conc(ppm)
ABS
WL1[239.0nm]
1
Trisulfa
0.6134
2.267
2.267



2.      Grafik






F.   Pembahasan

Spektrofotometri adalah analisa instrument yang membahas tentang molekul dan radiasi elektromagnetik obat golongan sulfadiamida yang mempunyai struktur umum. Spektrofotometri adalah suatu metode analisi kimia yang di gunakan untuk menerapkan kadar suatu zat atau senyawa obat dengan menggunakan alat yang biasa di sebut spektrofotometer.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen obat atau molekul dengan radiasi elektromagnetik, yang energiknya sesuai. Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat aksitan. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang merupakan garis spektrum.
Obat golongan sulfanamida yang mempunyai struktur umum C6H4-5-4-NHR3 mengabsorbsi cahaya dalam daerah ultraviolet karena mengandung kromotor fenil. Namun tidak memperlihatkan absorbs yang persis sama karena gugus R dapat menyebabkan absorbsi tambahan mengubah sifat spektrum aromatik dasar nya. Spektrum ini kuat sehingga memungkinkan untuk menganalisis obat dalam percobaan ini, diadakan pengukuran spektrum absorbsi senyawa campuran sulfanamida. Analisis kuantitatif secara spektrofotometri di lakuakan pada larutan yang mengandung senyawa tunggal maupun campuran beberapa komponen.
Umumnya golongan sulfonamide mengandung gugus amin aromatis primer (Ar-NH2), apabila direaksikan dengan asam nitrit dengan pemberian pereaksi pengkopling dari senyawa N-(1-Naftil) etilendiamin, sehingga menghasilkan derivat garam diazonium yang berwarna (reaksi diazotasi). Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit yang berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk garam diazonium.
Dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah sulfadiazine. Sulfadiazine merupakan salah satu contoh senyawa yang tidak berwarna namun memiliki kromofor. Sebagaimana kita ketahui, senyawa ini tidak dapat menyerap cahaya pada daerah UV. Sehingga sulfadiazine harus diubah menjadi senyawa berwarna. Berubahnya warna tersebut dikarenakan adanya reaksi diazotasi. Reaksi diazotasi sendiri merupakan reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit yang kemudian membentuk garam yang disebut garam diazonium.
Namun sifat asam nitrit yang tidak stabil, sehingga menyebabkan asam nitrit digantikan dengan natrium nitrit yang merupakan garam dari asam nitrit.Asam klorida dipergunakan untuk membuat suasana asam sehingga reaksi dapat berlangsung. Dalam percobaan ini, digunakan asam klorida, tujuan digunakan asam klorida adalah untuk menghilangkan kelebihan asam nitrit.Hal ini sangat penting, karena mengingat asam nitrit dapat mengoksidasi larutan sampel sehingga larutan yang berwarna kembali lagi menjadi tidak berwarna. Reaksi kemudian dikopling dengan penambahan 1-naftil etilendiamin 0,1%. Dalam percobaan ini, didapatkan panjang gelombang maksimum dari sulfadiazin adalah 510,2nm, dimana pada panjang gelombang ini sulfadiazine memiliki serapan yang maksimum. Larutan sampel memiliki absorbansi sebesar 0,237. Dari hasil pengamatan ini juga kita akan membuat kurva standar yang diperoleh dari larutan berwarna dengan berbagai konsentrasi. Dari percobaan ini diperoleh bahwa hubungan konsentrasi dengan absorbansi yaitu semakin banyak molekulnya maka semakin banyak  gugus kromofornya  yang  bisa  menyerap cahaya. 
Adapun reaksi diazotasi, dapat dituliskan sebagai berikut :
Ar – NH2 + HNO2            Ar – N2+Cl- + H2O                  (1)
Reaksi diazotasi secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa kemungkinan reaksi dimulai dengan terjadinya nitrosasi amin (2), yang diikuti tautomerisasi nitroso amin (3) dan peruraian diazohidroksida (4), seperti berikut :
 Ar – NH2 + HNO2                           Ar – NH – N = O + H2O        (2)
Ar – NH – N = O                                 Ar – N = N – OH                    (3)
Ar – N = N – OH + HCl                    Ar – N = N+ Cl- + H2O           (4)
Penjumlahan ketiga reaksi di atas menghasilkan reaksi (1) yang merupakan dasar analisis kalorimetri untuk diazotasi gugus amin aromatis.
Untuk mengetahui kadar sulfadiazin, dilakukan beberapa kali pengenceran dengan mengunakan beberapa konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,10 ppm, dengan menggunakan alat yang di sebut spektrofotometer. Pengenceran ini di lakukan karena sampel sukar larut dalam air, tetapi larut dalam alkali hidroksida. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakuan pada sulfadiazina, dapat diketahui bahwa hubungan antara konsentrasi (ppm) dengan nilai absorben (a) tegak lurus, sehingga dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sulfadiazina, maka nilai absorbennya atau daya tembus cahaya yang di lewati sampel semakin besar berdasarkan hasil perhitungan, maka di dapatkan kadar sulfadiazin dalam sampel obat Trisulfa yaitu 0.6134 ppm sedang pada etiket 167 mg.

G. Kesimpulan

Berdasarakan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
1.      Dalam sampel obat Trisulfa, diperoleh adanya kandungan sulfadiazin.
2.      Kadar sulfadiazin dalam sampel obat Trisulfa yaitu 0.6134 ppm sedang pada etiket 167 mg.


DAFTAR PUSTAKA

Asih, A. R. A. I., dkk.  2012.  Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid Dari Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.). JURNAL KIMIA.  Vol 6. No 2.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta

Fatimah S, Iis Haryati dan Agus Jamaludin. Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Seminar Nasional V, ISSN 1978-0176. SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, 5 November 2009.
Harini, W. B., 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III.  ISSN: 1979-911X.

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.

Herlani, R., 2012. Penentuan Angka Banding no3/u dalam Larutan Uranil Nitrat Defisien Asam Untuk Umpan Gelasi dengan Metode Titrasi Spektrofotometri Menggunakan Spectronic genesys 20. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir. ISSN 0216 – 3128.

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia: Jakarta.

Nurhidayati., L. 2007. Spektrofotometri Derivatif dan Aplikasiya dalam Bidang Farmasi. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol .5. No.2.

Suddhasattya Dey et all., 2010. Development And Validation Of A UV-Vis Spectrophotometric Method For The Estimation And Degradation Monitoring Of Cefadroxil In Bulk And Pharmaceutical Dosage Forms. International Journal of Chemistry Research. Vol 1, Issue 1.

Wiadnya IBR, Ganden Supriyanto dan Handoko D. Pengembangan Metode Analisis Melamin Dalam Produk Susu Berbasis Reaksi Diazotasi dengan Senyawa Pengkoupling β-Naftol. Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Vol. 15 No. 1, Januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar