LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PERCOBAAN
III
PENENTUAN
KADAR GOLONGAN SULFONAMIDA BERDASARKAN REAKSI DIAZOTASI DAN KOPLING SECARA SPEKTROFOTOMETER UV VIS
O
L E H :
NAMA : KARMILA WATI
STAMBUK : F1F1 12 105
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : SARLAN S.Si
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
201
PERCOBAAN
III
PENENTUAN
KADAR GOLONGAN SULFONAMIDA BERDASARKAN REAKSI DIAZOTASI DAN KOPLING SECARA SPEKTROFOTOMETER UV VIS
A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk menentukan kadar golongan sulfonamida berdasarkan reaksi diazotasi dan
koplingsecara spektrofotometer UV Vis
B. Landasan Teori
Spektrofotometri
merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan tabung foton.
Metode spektrofotometri memiliki keuntungan yaitu dapat digunakan untuk
menganalisa suatu zat dalam jumlah kecil (Harini, 2012).
Spektrofotometri
adalah salah satu teknik analisis yang memakai sumber radiasi elektromagnetik
ultraviolet dengan panjang gelombang (λ) 190-380 nm dan sinar tampak pada
panjang gelombang (λ) 380-780 nm. Serapan cahaya oleh suatu molekul dalam
daerah spectrum sangat bergantung pada
struktur elektronik dari molekul. (Asih, 2012).
Percobaan
menggunakan alat spektrofotometer dilakukan untuk dapat melakukan analisis
dengan menggunakan metode spektrofotometri sinar tampak, salah satu syaratnya
adalah bahwa sampel yang akan diamati harus merupakan suatu larutan berwarna.
Apabila sampel tersebut tidak berwarna maka perlu ditambah suatu larutan
pengompleks agar diperoleh sampel yang memiliki warna, sebab hanya larutan
berwarna yang dapat memberikan suatu serapan sehingga besarnya absorbansi (A)
atau % transmitasi (% T) dapat dibaca. Oleh karena zat yang akan
diamati/dianalisis sudah termasuk larutan). Idealnya alat yang digunakan untuk
system spektrofotometri merupakan satu rangkaian alat yang memang digunakan
untuk analisis metode ini. (Herlani, 2012).
Penggunaan
spektrofotometri sebagai alat bantu
analisis meningkat seiring dengan perkembangan dunia elektronik yang pesat
terutama teknologi mikrokomputer dalam tiga puluh tahun terakhir. Akhir-akhir
ini penggunaan spektrofotometri makin mudah dengan meningkatnya daya pisah
instrumen analitik yang dilengkapi mikrokomputer dengan perangkat lunak yang
sesuai sehingga mampu menghasilkan spectra secara cepat. Fasilitas ini
memungkinkan analisis multikomponen dalam campuran yang spektranya saling
tumpang tindih. Beberapa keuntungan dari metode ini antara lain: spektrum memberikan gambaran struktur yang terinci
dari spektrum serapan dan gambaran ini makin jelas dari spektra pertama ke
keempat. Selain itu, dapat dilakukan analisis kuantitatif suatu komponen dalam
campuran dengan bahan yang panjang gelombangnya saling berdekatan. Dalam bidang
farmasi, karena terkait dengan terapi, penetapan kadar obat adalah masalah
analisis dalam kontrol kualitas pada industri farmasi. Spektrofotometri adalah
teknik analisis dengan kemampuan memisahkan campuran obat yang memiliki spektra
tumpang tindih. Selain itu, telah digunakan pula untuk penetapan kadar obat
yang tercampur dengan hasil peruraiannya (Nurhidayati, 2007).
Metoda spektrofotometri visibel adalah salah satu
metoda analisis kimia untuk menentukan unsur logam, baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif. Analisis secara kualitatif berdasarkan pada panjang
gelombang yang ditunjukkan oleh puncak spektrum (190 nm s/d 900 nm), sedangkan analisis
secara kuantitatif berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap
oleh suatu media. Intensitas ini sangat tergantung pada tebal tipisnya media
dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Pembentukan warna
dilakukan dengan cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap
unsur yang ditentukan (Fatimah, 2009).
Diazotasi ini telah digunakan secara
umum untuk penetapan senyawa-senyawa dalam industri zat warna, senyawa farmasi
dan dapat dipakai untuk penetapan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus
amina aromatis primer (Wiadnya, 2012).
Sulfamerazina (FI edisi III hal. 584),
(NH2SO2NHCH3N(4-metil,2pirimidinil)–sulfanilamida
merupakan serbuk atau hablur, putih atau agak kekuningan : tidak berbau rasa
agak pahit, mantap di udara kalau cahaya langsung lambat laun warna menjadi
tua. Kelarutannya sangat sukar larut dalam air, dalam kloroform p , dan dalam
eter p, sukar larut dalam etanol (95%) p, agak sukar larut dalam
aserton p, mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan
alkalihidroksida. Khasiat sulfamerazine adalah sebagai antibakteri (Dirjen POM,
1979).
Trisulfa
adalah kombinasi dari tiga sulfonamida, biasanya sulfadiazin, sulfamerazin, dan
sulfametazin dalam perbandingan yang sama. Karena dosis setiap obat hanya
sepertiga dari dosis biasa dan daya larutnya masing-masing tidak saling
dipengaruhi, maka bahaya kristaluria sangat diperkecil. Sulfonamida adalah
kemoterapeutika bakteriostatis dengan spektrum luas yang ditahun 1950-an sampai
dengan 1970-an banyak digunakan dengan sukses terhadap banyak penyakit infeksi
oleh baik kuman gram-positif maupun gram-negatif. Efek samping yang terpenting
adalah kerusakan parah pada sel-sel darah yang berupa antara lain
agranulositosis dan anemia hemolitis, terutama pada penderita defisiensi glukosa-6-fosfodehidrogenase. Oleh
karena itu bila sulfa digunakan lebih dari dua minggu perlu dilakukan
pemantauan darah (Tjay dan Rahardja, 2007).
Metode ini
didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer
dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium
(Gandjar,2007). Diazotasi ini telah digunakan secara umumuntuk penetapan
senyawa-senyawa dalam industri zat warna, senyawafarmasi dan dapat dipakai
untuk penetapan semua senyawa-senyawa yangmengandung gugus amina aromatis
primer (Wiadnya, 2012)
C. Alat danBahan
1.
Alat
Alat
yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
·
Botol
gelap
·
Filler
·
Gelas
kimia 100 mL
·
Gelas
ukur 100 mL
·
Kuvet
·
Labu
Erlenmeyer
·
Labu
takar 500 dan 100 mL
·
Lumpang
dan alu
·
Pipet
tetes
·
Pipet
volume 5 mL
·
Spatula
·
Spektrofometer
UV Vis
·
Timbangan
analitik
2.
Bahan
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
·
Alkohol
70%
·
Aluminium foil
·
Aquades
·
Sulfadiazine
murni
·
Sulfadiazine
sampel (Trisulfa)
·
Tisu
3. Uraian
Bahan
a. Aquades (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi :
Aqua destillata
Nama lain :
Air suling
BM/RM :
18,02/H2O
Pemerian :
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai pelarut
b. Alkohol (Ditjen POM, 1979).
Nama resmi :
Aethanolum
Nama lain :
Etanol
Pemerian :
Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan :
Sebagai kosolven.
Identifikasi :
Pada 5 ml larutan 0,5% b/v, tambahkan 1 ml natrium
hidroksida 0,1 N, kemudian tambahkan perlahan-lahan
2 ml larutan iodium P. Tercium bau iodoform
dan terbentuk endapan kuning.
c. Sulfadiazin (Ditjen POM, 1979).
Nama resmi :
Sulfadiazinum
Nama lain :
Sulfadiazina
BM/RM :
250, 27/C10H10N4O2S
Pemerian :
Serbuk, putih, putih kekuningan atau putih agak merah jambu, hampir tidak
berbau dan tidak berada.
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P
dan dalam aseton P, mudah larut
dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali
hidroksida.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan :
Sebagai sampel.
Identifikasi :
Panaskan perlahan-lahan 1 g hingga terbentuk sublimasi.
Campur beberapa mg sulimat dengan 1 ml
larutan resorsinol P, 0,5% b/v dalam
etanol (95%)
P, tambahakan 1 ml asam sulfat P, terjadi warna merah tua. Encerkan hati-hati dengan
25 ml air
es, tambahkan ammonia encer P, terjadi warna biru
kemerahan sampai biru.
D. Prosedur Kerja
1.
Pembuatan
Larutan Standar
Sulfadiazine Murni
|
-
Ditimbang sebanyak 0,05 gr
-
Dilarutkan dengan 25 mL alkohol
-
Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
-
Dicukupkan dengan akuades hingga 100 mL
-
Dikocok hingga homogen
|
Larutan Standar Sulfadiazine Murni
|
2.
Pembuatan
Larutan Uji
Larutan Standar
Sulfadiazine
|
Labu takar 2
|
Labu takar 3
|
Labu takar 4
|
Labu takar 5
|
-
Dipipet sebanyak 40 ml larutan standar
|
-
Dipipet sebanyak 60 ml larutan standar
|
-
Dipipet sebanyak 80 ml larutan standar
|
-
Dipipet sebanyak 100 ml larutan standar
|
Labu takar 1
|
-
Dipipet sebanyak 20 ml larutan standar
|
-
Dimasukkan kedalam 5 labu takar100 mL
|
Larutan uji
konsentrasi 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 dan 0,5 M dengan
Nilai absorbansi masing-masing 0.533, 0.761, 1.119, 1.463, 1.795
|
-
Dicukupkan dengan akuades hingga 100
mL
-
Dikocok hingga homogen
-
Dimasukkan dalam botol gelap
-
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400 nm
di spektrometer Uv-Vis
|
3.
Penentuan
Kadar Sampel Sulfadiazine
Sulfadiazine Sampel (Trisulfa)
|
-
Digerus hingga halus menggunakan lumpang dan alu
-
Ditimbang sebanyak 0,1 gr
-
Dilarutkan dengan 25 mL alkohol 70%
-
Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
-
Dicukupkan dengan akuades hingga 100 mL
-
Dimasukkan kedalam botol gelap
-
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400 nm di
spektrofotometer Uv-Vis.
|
Larutan Sampel Sulfadiazine (Trisulfa) dengan nilai absorbansi 2.267
|
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Data Standar
|
|||
No.
|
Conc(ppm)
|
WL1[239.0nm]
|
ABS
|
1
|
0.1
|
0.533
|
0.533
|
2
|
0.2
|
0.761
|
0.761
|
3
|
0.3
|
1.119
|
1.119
|
4
|
0.4
|
1.463
|
1.463
|
5
|
0.5
|
1.795
|
1.795
|
Sample Data (Trisulfa)
|
||||
No.
|
Nama Sampel
|
Conc(ppm)
|
ABS
|
WL1[239.0nm]
|
1
|
Trisulfa
|
0.6134
|
2.267
|
2.267
|
2. Grafik
F. Pembahasan
Spektrofotometri adalah analisa instrument yang membahas
tentang molekul dan radiasi elektromagnetik obat golongan sulfadiamida yang
mempunyai struktur umum. Spektrofotometri adalah suatu metode analisi kimia
yang di gunakan untuk menerapkan kadar suatu zat atau senyawa obat dengan
menggunakan alat yang biasa di sebut spektrofotometer.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen
obat atau molekul dengan radiasi elektromagnetik, yang energiknya sesuai.
Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat
aksitan. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi
elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang
merupakan garis spektrum.
Obat golongan sulfanamida yang mempunyai struktur umum C6H4-5-4-NHR3
mengabsorbsi cahaya dalam daerah ultraviolet karena mengandung kromotor fenil.
Namun tidak memperlihatkan absorbs yang persis sama karena gugus R dapat
menyebabkan absorbsi tambahan mengubah sifat spektrum aromatik dasar nya.
Spektrum ini kuat sehingga memungkinkan untuk menganalisis obat dalam percobaan
ini, diadakan pengukuran spektrum absorbsi senyawa campuran sulfanamida.
Analisis kuantitatif secara spektrofotometri di lakuakan pada larutan yang
mengandung senyawa tunggal maupun campuran beberapa komponen.
Umumnya golongan sulfonamide mengandung gugus amin aromatis
primer (Ar-NH2), apabila direaksikan dengan asam nitrit dengan
pemberian pereaksi pengkopling dari senyawa N-(1-Naftil) etilendiamin, sehingga
menghasilkan derivat garam diazonium yang berwarna (reaksi diazotasi).
Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit yang
berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk garam diazonium.
Dalam percobaan ini, sampel yang
digunakan adalah sulfadiazine. Sulfadiazine merupakan salah satu contoh senyawa
yang tidak berwarna namun memiliki kromofor. Sebagaimana kita ketahui, senyawa
ini tidak dapat menyerap cahaya pada daerah UV. Sehingga sulfadiazine harus
diubah menjadi senyawa berwarna. Berubahnya warna tersebut dikarenakan adanya reaksi
diazotasi. Reaksi diazotasi sendiri merupakan reaksi antara amina aromatik
primer dengan asam nitrit yang kemudian membentuk garam yang disebut garam
diazonium.
Namun sifat asam nitrit yang tidak
stabil, sehingga menyebabkan asam nitrit digantikan dengan natrium nitrit yang
merupakan garam dari asam nitrit.Asam klorida dipergunakan untuk membuat
suasana asam sehingga reaksi dapat berlangsung. Dalam percobaan ini, digunakan
asam klorida, tujuan digunakan asam klorida adalah untuk menghilangkan
kelebihan asam nitrit.Hal ini sangat penting, karena mengingat asam nitrit
dapat mengoksidasi larutan sampel sehingga larutan yang berwarna kembali lagi
menjadi tidak berwarna. Reaksi kemudian dikopling dengan penambahan
1-naftil etilendiamin 0,1%. Dalam percobaan ini, didapatkan panjang gelombang
maksimum dari sulfadiazin adalah 510,2nm, dimana pada panjang gelombang ini sulfadiazine
memiliki serapan yang maksimum. Larutan sampel memiliki absorbansi sebesar
0,237. Dari hasil pengamatan ini juga kita akan membuat kurva standar yang
diperoleh dari larutan berwarna dengan berbagai konsentrasi. Dari percobaan ini diperoleh bahwa hubungan konsentrasi
dengan absorbansi yaitu semakin banyak
molekulnya maka semakin banyak gugus kromofornya
yang bisa menyerap
cahaya.
Adapun reaksi
diazotasi, dapat dituliskan sebagai berikut :
Ar – NH2
+ HNO2
Ar – N2+Cl- + H2O
(1)
Reaksi diazotasi
secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa kemungkinan reaksi dimulai dengan
terjadinya nitrosasi amin (2), yang diikuti tautomerisasi nitroso amin (3) dan
peruraian diazohidroksida (4), seperti berikut :
Ar – NH2 + HNO2 Ar
– NH – N = O + H2O (2)
Ar – NH – N =
O
Ar – N = N –
OH
(3)
Ar – N = N – OH +
HCl Ar – N = N+
Cl- + H2O
(4)
Penjumlahan ketiga
reaksi di atas menghasilkan reaksi (1) yang merupakan dasar analisis
kalorimetri untuk diazotasi gugus amin aromatis.
Untuk mengetahui
kadar sulfadiazin, dilakukan beberapa kali pengenceran dengan mengunakan
beberapa konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,10 ppm, dengan
menggunakan alat yang di sebut spektrofotometer. Pengenceran ini di lakukan
karena sampel sukar larut dalam air, tetapi larut dalam alkali hidroksida.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakuan pada
sulfadiazina, dapat diketahui bahwa hubungan antara konsentrasi (ppm) dengan
nilai absorben (a) tegak lurus, sehingga dapat di simpulkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi sulfadiazina, maka nilai absorbennya atau daya tembus cahaya
yang di lewati sampel semakin besar berdasarkan hasil perhitungan, maka di dapatkan
kadar sulfadiazin dalam sampel obat
Trisulfa yaitu 0.6134 ppm sedang pada etiket 167 mg.
G. Kesimpulan
Berdasarakan
percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
1. Dalam sampel obat Trisulfa, diperoleh adanya kandungan
sulfadiazin.
2. Kadar sulfadiazin dalam sampel obat Trisulfa yaitu
0.6134 ppm sedang pada etiket 167 mg.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, A. R. A. I., dkk. 2012. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Golongan
Flavonoid Dari Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.). JURNAL KIMIA. Vol 6. No 2.
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta
Fatimah
S, Iis Haryati dan Agus Jamaludin. Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium
Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Seminar Nasional V, ISSN
1978-0176. SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, 5 November 2009.
Harini,
W. B., 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Untuk Mengukur
Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica). Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III. ISSN: 1979-911X.
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT.
Gramedia. Jakarta.
Herlani,
R., 2012. Penentuan Angka Banding no3/u dalam Larutan Uranil Nitrat Defisien
Asam Untuk Umpan Gelasi dengan Metode Titrasi Spektrofotometri Menggunakan
Spectronic genesys 20. Prosiding
Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Nuklir. ISSN 0216 – 3128.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Universitas Indonesia: Jakarta.
Nurhidayati., L. 2007.
Spektrofotometri Derivatif dan Aplikasiya dalam Bidang Farmasi. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol .5. No.2.
Suddhasattya
Dey et all., 2010. Development And Validation Of A UV-Vis Spectrophotometric
Method For The Estimation And Degradation Monitoring Of Cefadroxil In Bulk And
Pharmaceutical Dosage Forms. International
Journal of Chemistry Research. Vol
1, Issue 1.
Wiadnya
IBR, Ganden Supriyanto dan Handoko D. Pengembangan Metode Analisis Melamin
Dalam Produk Susu Berbasis Reaksi Diazotasi dengan Senyawa Pengkoupling
β-Naftol. Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Vol. 15 No. 1,
Januari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar