LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIK
PERCOBAAN
II
PENENTUAN
VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DENGAN VISKOMETER OSTWALD
OLEH
:
NAMA : KARMILA WATI
N I M : F1F1 12 105
KELAS : C
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : DIAN ARIASTIKA
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2013
PENENTUAN TEGANGAN
PERMUKAAN
A.
TUJUAN
Untuk
membiasakan diri dengan konsep teggangan permukaan dan tegangan anatar muka.
B.
LANDASAN
TEORI
Tegangan
pennukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair yang berperilaku layaknya
selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh tegangan. Pengaruh
tegangan tersebut disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antar molekul di
permukaan zat cair tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar nilai tegangan
pennukaan suatu zat, maka cara sederhana yang dilakukan adalah dengan melakukan
praktikum terhadap beberapa zat cair dengan menggunakan susunan alat. Besanya
tegangan permukaan merupakan usaha yang diperlukan cincin untuk menciptakan
suatu permukaan, sifat permukaan yang dimiliki oleh zat cair yang berperilaku
layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh tegangan. Tegangan
ini trjadi jika molekul-molekul di permukaan suatu cairan saling tarik menarik
satu sama lain, sehingga menciptakan pembatas antara udara dengan cairan itu (Indarniati,
2008).
Penentuan tegangan permukaan dan tegangan antar muka dilakukan
melalui 2 cara, yaitu: Metode Kenaikan
Kapiler, tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/cairan yang
naik melalui suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk
mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka. Metode Tensiometer Du-Nouy, Metode cincin
Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antar
muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu
cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut (Martin, 1993).
Surfaktan
adalah suatu zat yang bersifat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan
antarmuka (interfacial tension, IFT) minyak-air. Surfaktan memiliki
kecenderungan untuk menjadikan zat terlarut dan pelarutnya terkonsentrasi pada
bidang permukaan. Berdasarkan muatan ion, surfaktan dibagi menjadi empat bagian
penting dan digunakan secara meluas pada hampir semua sektor industri modern.
Jenis-jenis surfaktan tersebut adalah surfaktan anionik, surfaktan kationik,
surfaktan nonionik dan surfaktan amfoterik (Hidayati, 2009).
Efektifitas
surfaktan ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menurunkan tegangan permukaan
serta tegangan antarmuka dari dua fasa yang berbeda derajat polaritasnya.
Tegangan antarmuka antara dua cairan yang berbeda polaritasnya menunjukkan
seberapa besar kekuatan tarik antarmolekul yang berbeda dari dua fasa cairan
tersebut. Tegangan antarmuka menjadi penting diperhatikan daripada tegangan
permukaan, ketika pembahasannya menyangkut sistem emulsiSurfaktan dalam proses chemical
stimulation memiliki peran utama sebagai oil well stimulation
agent. Fungsinya adalah menurunkan tegangan permukaan dan pengubah wetability
batuan reservoir yang mulanya bersifat lipofilik (suka minyak) menjadi
hidrofilik (suka air). Penggunaan surfaktan sangat membantu proses pengambilan
minyak dari sumur tua di Indonesia, yang sebenarnya masih mengandung cadang-an
minyak dalam jumlah besar (Syamsu, 2007).
Tegangan
permukaan (γ) suatu cairan dapat didefinisikan sebagai banyaknya kerja yang
dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan per satu satuan luas. Molekul yang
ada didalam cairan akan mengalami gaya tarik menarik (gaya van der Waals) yang
sama besarnya ke segala arah. Namun, molekul pada permukaan cairan akan
mengalami ressultan gaya yang mengarah kedalam cairan itu sendiri karena tidak
ada lagi molekul diatas permukaan dan akibatnya luas permukaan cairan cenderung
untuk menyusut. Pengukuran tegangan permukaan dengan
metode cincin Du Nouy didasarkan atas penentuan gaya yang dibutuhkan untuk
mengangkat cincin dari permukaan cairan. Gaya ini diukur dengan jalan
mencelupkan cincin yang digantung pada lengan neraca dan perlahan-lahan
mengangkatnya sampai cincin tersebut meninggalkan cairan. Metode ini tidak
hanya dapat digunakan mengukur tegangan permukaan cairan-udara, tetapi juga
dapat digunakan untuk mengukur tegangan antarmuka cairan-cairan seperti
misalnya tegangan antarmuka (minyak-air atau kloroform-air) (Tang,
2011).
Kohesi
merupakan gaya tarik-menarik di antara molekul-molekul sejenis. Di tengah suatu wadah berisi air semua
molekul mengalami gaya ini. Molekul tersebut menjadi tertarik ke badan cairan
sehingga meminimalisasi area permukaan dan membentuk suatu tetesan (Joyce,
2006).
Pengaruh
tegangan permukaan berperan di dalam banyak persoalan meknika fluida termasuk
dalam pergerakan cairan melewati tanah dan media-media berpori-pori lainnya,
aliran melalui film tipis, pembentukan butiran tetesan dan gelembung serta
pecahnya jet cairan (Moechtar. 1990).
C.
ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
·
Gelas kimia 100 ml
·
Pipa kapiler
·
Mistar
·
Timbangan analitik
·
Pipet tetes
·
Botol semprot
·
Piknometer 10 ml
2. Bahan
·
Air
·
Gliserol 20%, 40%, 50%,
60%, 75%
D.
PROSEDUR
KERJA
Air
|
-
dimasukkan dalam piknometer
-
ditimbang
-
dihitung bobot jenisnya
-
diulangi pada gliserol 20%, 40%, 50%, 60%, 75%
Hasil pengamatan..?
Gliserol
20%,40%, 50% 60%, 75%
|
-
dimasukkan dalam gelas kimia 100 ml
-
dicelupkan pipa kapiler dalam gelas kimia
-
ditunggu hingga kenaikan air konstanta
-
diukur kenaikan air
-
dihitung tegangan permukaanya
-
diulangi pada gliserol 20%, 40%, 50%, 60%, 75%
Hasil pengamatan...?
E.
HASIL
PENGAMATAN
1. Tabel
Cairan
|
Densitas
(kg/m3)
|
h
(m)
|
(N/m)
|
Akuades
|
1000
|
5,4
|
0,1325
|
Gliserol
20%
|
1054
|
2,7
|
0,069
|
Gliserol
40%
|
1102
|
2,8
|
0,075
|
Gliserol
50%
|
1127
|
3,3
|
0,009
|
Gliserol
60%
|
1147
|
3,2
|
0,089
|
Gliserol
75%
|
1189
|
3,3
|
0,096
|
2. Perhitungan
a. Akuades
·
Bobot jenis =
=
= 1gr/ml
·
=
r.d.g.h
=
.
8x10-4 . 1000 . 9,8 . 5,4x10-2
= 0,1323 N/m3
b.
Gliserol 20 %
·
Bobot jenis =
=
=
1gr/ml
·
=
r.d.g.h
=
.
8x10-4 . 1000 . 9,8 . 5,4x10-2
=
0,069 N/m3
c. Gliserol
40%
·
Bobot jenis =
=
= 1,102gr/ml
·
=
r.d.g.h
=
.
5x10-4 . 1000 . 9,8 . 2,8x10-2
=
0,075 N/m3
a. Gliserol
50 %
·
Bobot jenis =
=
= 1,127gr/ml
·
=
r.d.g.h
=
.
5x10-4 . 1000 . 9,8 . 3,3x10-2
b. Gliserol
60 %
·
Bobot jenis =
=
= 1,147gr/ml
·
=
r.d.g.h
=
.
5x10-4 . 1147 . 9,8 . 3,2x10-2
=
0,089 N/m3
c. Gliserol
75 %
·
Bobot jenis =
=
=
1,189 gr/ml
·
=
r.d.g.h
=
.
5x10-4 . 1189 . 9,8 . 3,3x10-2
=
0,096 N/m3
F.
PEMBAHASAN
Tegangan
permukaan adalah gaya per satuan panjang yang harus diberikan sejajar pada
permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Sedangkan tegangan antarmuka
adalah gaya per satuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang
tidak bercampur. Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan
permukaan karena gaya adhesif antara dua fase cair yang membentuk suatu antar muka
adalah lebih besar daripada bila suatu fase cair dan suatu fase gas berada
bersama-sama. Penyebab terjadinya tegangan permukaan adalah partikel dalam zat cair ditarik oleh gaya sama besar ke segala
arah oleh partikel-partikel di dekatnya. Sedangakn partikel di permukaan zat
cair hanya ditarik oleh partikel-partikel disamping dan dibawahnya,hingga pada
permukaan zat cair terjadi tarikan ke bawah.
Tegangan permukaan terjadi karena
permukaan zar cair cenderung untuk menegang,
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesi berlaku
bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil daripada gaya adesinya dan pada zat yang
non-adesi berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan tang sering digunakan
untuk mengukur tegangan permukaan zar cair adalah pipa kapiler. Salah satu
besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut
yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak
ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan
gaya tarik-menarik antara molekul zar yang berbeda (adesi).
Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne
yang bekerja pada permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm,
atau energi yang diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar
1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension
umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension
umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan
zat lainnya.
Faktor-faktor yang menpengaruhi tegangan
permuakan diantaranya yaitu; Suhu, tegangan permukaan menurun dengan
meningkatnya suhu, karena meningkatnya energy kinetik molekul; Zat terlarut
(solute), keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan
permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan,
sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang
berada dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolecular, maka akan menurunkan
tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan; Surfaktan,
surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan,
karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
Surfaktan adalah zat yang dapat
mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan
(antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan
permukaan. Surfaktan
(surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan. Molekul surfaktan yang bersifat
amfifil yaitu suatu molekul yang mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung
polar (hidrofilik) dan ujung non polar (hidrofobik) . Sifat surfaktan yang
amfifil menyebabkan surfaktan diadsorpsi pada antar muka baik itu cair/gas
ataupun cair/cair (yang tidak saling bercampur). Surfaktan akan selalu berapa
pada antarmuka suatu cairan (berbeda jenis), bila jumlah gugus hidrofil dan
lipofilnya seimbang. Tapi, apabila suatu surfaktan memiliki gugus hidrofil >
lipofil, maka surfaktan akan lebih berada pada fase air dan sedikit berada pada
antarmuka. Sebaliknya, bila suatu surfaktan memiliki gugus hidrofil <
lipofil, maka surfaktan akan lebih berada pada fase minyak dan sedikit berada
pada antarmuka. Surfaktan dapat digolongkan menjadi
dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang
larut dalam air.
Percobaan kali ini membahas
mengenai tegangan permukaan, dengan menggunakan air dan gliserol sebagai
sampel, dengan menggunakan metode kenaikan kapiler. Prinsip kerja metode kenaikan
kapiler adalah tegangan permukaan, yang diukur
dengan melihat ketinggian air/ cairan yang naik melalui suatu kapiler. Setelah
dilakukan perlakuan, diperoleh hasil yang berbeda-beda, dimana tegangan
permukaan air adalah 0,1325 N/m, tegangan permukaan gliserol 20% adalah 0,069
N/m, gliserol 40% adalah 0,075 N/m, gliserol 50% adalah 0,009 N/m, tegangan
permukaan gliserol 60% adalah 0,089 N/m, dan gliserol 75% adalah 0,096 N/m. Hal ini
terjadi karena molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul sejenis yang
disebut dengan daya kohesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama,
sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan
karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki
daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan
daya adhesi.
Berdasarkan data ketinggian rambat air
dan gliserol pada pipa kapiler dapat dikatakan bahwa tegangan permukaan air
lebih besar dari pada gliserol karena
secara teori kerapatan dan tinggi kenaikan pada pipa kapiler berbanding lurus
dengan tegangan permukaan suatu cairan. Air mempunyai gaya tarik menarik antar
molekul yang besar sehingga tegangan permukaannya besar. Rendahnya daya rambat
gliserol pada pipa kapiler disebabkan karena adanya zat terlarut dalam cairan
yang dapat menaikkan atau menurunkan tegangan permukaan.
Manfaat tegangan permukaan
dalam bidang farmasi yaitu dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan
pembantu padat pada sediaan obat, penetrasi molekul me lalui membrane biologis,
pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media
cair untuk membentuk sediaan suspensi.
G.
KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan kali ini
adalah diperoleh nilai dari tegangan permukaan pada air 0,1325N/m, gliserol 20%
0,069N/m, gliserol 40% 0,075N/m, gliserol 50% 0,009%N/m, gliserol 60% 0,089%,
dan gliserol 75% 0,096N/m.
DAFTAR
PUSTAKA
Ginting., Hendra dan Netti . 2002. Tegangan Permukaan Cairan
Dengan Metode Drop Out Dan Metode Buble. Jurusan Teknik Kimia. Universitas
Sumatra Utara.
Hidayati
Sri. 2009. Pengaruh Rasio Mol, Suhu dan Lama Reaksi Terhadap Tegangan Permukaan
dan Stabilitas Emulsi Metil Etil Sulfonat dari CPO. jurnal teknologi industri dan hasil pertanian. Vol.14 (1).
Indarniati dan
Ennawati, Frida U, 2008. Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan
dengan Induksi Elektromagnetik. jurnal
fisika dan aplikasinya. Jurusan Fisika Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Vol.4 (1).
James.J. 2003. Prinsip-prinsip Sains
untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Martin.A.
1993. Farmsi Fisik. Penerbit universitas Indonesia: Jakarta.
Moechtar.1990.
Farmasi Fisik.UGM-press: Yogyakarta.
Muhamad
Tang dan Veinardi Suendo. 2011.
Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011).
Syamsu, Khaswar. 2007. Kajian Ketahanan
Surfaktan Metil Sulfonat (MES) sebagai Oil Well Stimulation Agent terhadap
Aktivitas Bakteri di Lingkungan Minyak Bumi. Jurnal Teknologii Pertaniian. Vol
3 .(1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar