ARGENTOMETRI
A. Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara menganalisis kimia dengan metode argentometri.
2. Untuk
mengetahui konsentrasi suatu spesies kimia dalam sampel dengan metode
argentometri.
B. Landasan
Teori
Titrasi argentometri merupakan titrasi dengan
menggunakan larutan perak nitrat untuk menentukan kadar halogen.
NaX(aq) + AgNO3(aq) AgX(aq) + NaNO3(aq)
Penelitian
ini menggunakan titrasi argentometri dengan metode Mohr yakni mulamula Ag+
yang ditambahkan bereaksi membentuk endapan AgCl berwarna putih. Apabila Cl-
sudah habis bereaksi maka kelebihan Ag+ selanjutnya bereaksi dengan
CrO42- yang berasal dari indikator K2CrO4 yang
ditambahkan dan membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna
merah bata, berarti titik akhir titrasi sudah tercapai (Antara, 2008).
Penentuan
suatu zat umumnya ada menggunakan metode potensiometri maupun metode konvensional
yaitu metode argentometri (metode Volhard). Metode potensiometri dilakukan dengan
melapiskan membran pada elektroda sehingga beda potensial dapat terukur. Sedangkan
metode argentometri dilakukan berdasarkan reaksi pengendapan. Sampel diendapkan
dengan ion perak, metode ini menggunakan ion Fe3+ sebagai indikator. Namun
metode tersebut bersifat rumit sehingga tidak semua orang dapat melakukan
metode tersebut (Dini, 2013).
Metode volumetric (argentometri ) untuk
mengetahui kadar klorida dan organoleptik. Volumetri adalah suatu analisa
kuantitatif yaitu jumlah suatu zat dicari dengan mereaksikan suatu volume
larutan zat itu dengan larutan suatu zat standar yang telah diketahui konsentrasinya.
Kunci keberhasilan suatu titrasi adalah mendapatkan secara tepat volume zat
mentitrasi yang dapat bereaksi dengan suatu volume zat dititrasi hingga dari perbandingan
volume itu dapat dihitung konsentrasi zat yang diketahui. Pada penelitian ini digunakan
titrasi pengendapan, yaitu suatu titrasi antara dua zat yang menghasilkan
endapan,
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

Pada tercapainya titik akhir titrasi, ion mentitrasi akan
berlebihan dan dapat dinyatakan dengan indikator yang sesuai. Reaksi pada cara
titrasi ini hampir selalu antara Ag+ dengan ion halida dan
tiosianat, dan sering disebut argentometri (Sunarto, 2010).
Titrasi argentometri biasa juga di
sebut dengan titrasi pengendapan yang merupakan titrasi yang memperlihatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak
mudah larut antara titran.Jenis ini adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran di tambahkan analit,tidak adanya
interpensi yang mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi mudah diamati.
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung ion
klorida atau bromide. Sisa AgNO3 selanjutnya dititradi kembali
dengan ammonium tiosianidat menggunakan indicator besi (III) ammonium sulfat.
(Gandjar, 2009)
Argentometri
adalah titrasi dengan menggunakan larutan AgNO3. Argentometri dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu argentometri pemebentukan endapan dan Argentometri
pembentukan kompleks. Analisis percobaan ini dipakai teknik titrasi
potensiometrik, yaitu titrasi menggunakan alat potensiometer. Bedanya dengan
metoda argentometri, pada teknik ini tidak digunakan indikator untuk mendeteksi
titik akhirnya tetapi digunakan elektrode Ag untuk mendeteksi potensial larutan
pada titik akhir. Yaitu dengan cara pengesetan potensial larutan pada saat
terjadi pengendapan maksimum (Yudhi, 2001).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini
yaitu:
·
Erlemeyer
100 ml
·
Gelas
Kimia 500 ml
·
Buret
50 ml
·
Statif
dan Klem
·
Gelas
ukur 100 ml
·
Corong
·
Pipet
tetes
·
Pipet
volume
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini
yaitu:
·
Air
hujan
·
Ades
·
Air
keran
·
Air
destilasi
·
Air
garam
D. Prosedur Kerja
![]() |
-
Dimasukan dalam erlemeyer sebanyak 10 ml
-
Ditambahkan K2Cr2O7
sebanyak 3 tetes
-
Dititrasi dengan larutan AgNO3
-
Diulangi perlakuan di atas untuk air
destilasi, air garam, air keran dan ades
Hasil
Pengamatan….?
E. Hasil
Pengamatan
1. Table
Pengamatan
NO
|
PERLAKUAN
|
HASIL
|
1.
|
Ades
sebanyak 10 ml + K2Cr2O7 sebanyak 3 tetes
Dititasi
dengan larutan AgNO3
|
Warna
kuning, berubah menjadi merah
V=
0,5 ml
|
2
|
Air
hujan sebanyak 10 ml + K2Cr2O7 sebanyak 3
tetes
Dititasi
dengan larutan AgNO3
|
Warna
kuning, berubah menjadi kuning kecoklatan
V=
1,5 ml
|
3
|
Air
kran sebanyak 10 ml + K2Cr2O7 sebanyak 3
tetes
Dititasi
dengan larutan AgNO3
|
Warna
kuning, berubah menjadi merah kecoklatan
V=
1,2 ml
|
4
|
Air
destilasi sebanyak 10 ml + K2Cr2O7 sebanyak
3 tetes
Dititasi
dengan larutan AgNO3
|
Warna
kuning, berubah menjadi merah bata
V=
0,5 ml
|
5
|
Ades
garam 10 ml + K2Cr2O7 sebanyak 3 tetes
Dititasi
dengan larutan AgNO3
|
Warna
kuning, berubah menjadi merah orange
V=
57 ml
|
2. Perhitungan
·
Ades
M1. V1 = M2.V2
0,01 . 0,5 = x
. 10
0,01 . 0,5 = 10x
0,005 = 10x

10
= 0,0005
M
·
Air hujan
M1. V1 = M2.V2
0,01 . 1,5 = x
. 10
0,01 . 0,5 = 10x
0,015 = 10x

10
= 0,0015
M
·
Air keran
M1. V1 = M2.V2
0,01 . 1,2 = x
. 10
0,01 . 0,12 = 10x
0,012 = 10x

10
= 0,0012
M
·
Air Destilasi
M1. V1 = M2.V2
0,01 . 0,5 = x
. 10
0,01 . 0,5 = 10x
0,005 = 10x

10
= 0,0005
M
·
Air Garam
M1.
V1 = M2.V2
0,01 . 57 = x
. 10
0,01 . 57 = 10x
0,057 = 10x

10
= 0,057
M
F. Pembahasan
Titrasi
pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan
dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat
setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang
menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. Salah satu jenis
titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang
berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak
nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan
ion halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan
(thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43-
dan ion arsenat AsO43-. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan
yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) ->
AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam
analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indicator. Indikator
yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion
perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir
titrasi dapat diamati.
Praktikum
kali ini menggunakan metode morh, metode ini digunakan
untuk menentukan kandungan klorida dan bromida dalam suasana netral dengan
larutan standar perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai
indikator. Mula-mula titrasi berlangsung dengan pembentukan endapan perak
klorida. Jika titik ekuivalen telah tercapai, maka perak nitrat akan bereaksi
dengan kromat menghasilkan endapan perak kromat yang berwarna merah.
Percobaan
ini digunakan 5 sampel yang berbeda pada titrasi argentometri ini yaitu air
mineral (ades), air garam, air hujan, air keran, dan air destilasi. Sampel
pertama dimasukkan 10 ml air ades ke dalam Erlenmeyer, di tambahkan larutan
indicator K2Cr2O4 kemudian dititrasi dengan
larutan AgNO3 berubah warna menjadi larutan merah bata. Dilakukan
perlakuan yang sama pada kelima sampel yang lain. Air garam menghasilkan warna
orange setelah dititrasi dengan AgNO3,
air destilasi berubah warna ketika di tambahkan indicator K2Cr2O4
berubah warna menjadi merah bata saat dititrasi dengan AgNO3, air
keran berubah warna menjadi merah kecoklatan, dan air keran berubah warna
menjadi kuning kecoklatan. Perubahan warna
ini mungkin disebabkan karena pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk
mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut
indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa
tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat
menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator
berubah warna karena system kromofornya diubah oleh reaksi asam basa.
DAFTAR PUSTAKA
Antara., I. K. G. 2008. Kajian
Kapasitas dan Evektifitas Resin Penukar Anion Untuk Mengikat Kalor dan
Aplikasinya pada Air. Jurnal Kimia. Vol.2. No.2.
Dini., P. A. 2013. Pembuatan Tes kit
thiosianat Berdasarkan Pembantukan Kompleks Merah Besi (III) Thiosianat. Vol 1. No 2.
Gandjar,G,I. Rohman,A. 2007. Farmasi
Analisis. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Sunartao., S. 2010. Analisa Kadar
Klorida pada Kantong The Celup serta Pengaruhnya terhadap Mutu Teh. Jurnal Penelitian kesehatan Suara Vorikes.
Viol 1. No 2.
Yudhi., N.
2001. Analisa Klorida Di Dalam Serbuk UO2 dengan Teknik Titrasi Potensiometri. Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir. ISSN 1410-1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar