Senin, 09 November 2015

KELARUTAN INTRINSIK OBAT



KELARUTAN INTRINSIK OBAT
A.    Tujuan
Memperkenalkana konsep dan proses pendukung system kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.
B.     Landasan teori
Nama lain dari kafein adalah trimethylxanthine memberikan kebugaran dalam jangka pendek yang banyak dicari orang, bahkan para kalangan medis sering memanfaatkannya sebagai campuran obat-obatan, misalnya obat flu dan asma. Hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan dorongan rasa kantuk yang muncul dan untuk penambah energi serta menumbuhkan kewaspadaan tingkat tinggi. Selain dari kafein, kopi mengandung tanin. Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemui pada setiap tanaman yang letak dan jumlahnya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Senyawa tanin dapat menyebabkan rasa sepet pada buah dan menyebabkan pencoklatan pada bahan. senyawa fenolik. Satu diantaranya adalah asam kafeat (coffeic acid), asam lainnya adalah asam klorogenat yang mengandung asam kafeat yang menentukan cita rasa kopi. Selain kedua asam tersebut, yang juga menentukan cita rasa kopi dan jumlahnya relatif kecil adalah : asam nitrat, asam malat, asam tartrat, dan asam oksalat. Selain itu kafein juga merupakan senyawa yang memberi pengaruh stimulasi pada seduhan kopi. Kafein juga bersifat diuretik, merangsang peningkatan pengeluaran urin, merangsang otak dan aktivitas jantung. Kandungan kafein pada kopi Arabika 0, 8-1,5% dan pada kopi Robusta 1, 6-2, 5% (kopi mentah). Kafein sinonim dengan metil teobromin. Teobromin berbeda dengan kafein dalam gugusan metilnya, bila kafein gugus metilnya diganti dengan hidrogen, menjadi teobromin. Kafein tidak hanya terdapat pada kopi saja, tetapi juga terdapat pada teh dan cokelat ( Tuti Rahayu, 2007).
Kafein tidak hanya ada didalam kopi tetapi juga terdapat dalam makanan lain seperti: the dan coklat, Masyarakat di desa Bintoro selain memiliki kebiasaan minum kopi juga minum the setiap hari, hal ini berdampak pada konsentrasi kafein dalam sirkulasi darah. Souza dan Sichieri (2005) dalam penelitiannya melaporkan konsumsi total kafein termasuk dari sumber makanan yang mengandung kafein selama kehamilan tidak ada hubungan antara prematuritas apabila jumlah konsumsi kopi kurang dari 300 mg perhari. Dari penelitian ini dapat disimpulkan apabiala konsumsi melebihi 300 mg perhari dapat menyebabkan terjadinya prematuritas. Padahal dari hasil penelitian ini kebiasaan mengkonsumsi kopi lebih dari 3 gelas dalam sehari. Konje (2008) dalam penelitiannya melaporkan mengkonsumsi kafein selama hamil berhubungan dengan meningkatnya gangguan pertumbuhan janin (Maria Retno, 2001).

Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang bersifat polar seperti metanol, etanol, dioksan, atau metilen klorida. Syarat pelarut yang digunakan adalah pelarut tersebut tidak dapat membentuk kompleks inklusi dengan urea atau tidak dapat berperan sebagai senyawa tamu. Penelitian dilakukan dengan memilih zeolit metoda pereaksian dan zeolit yang paling selektif untuk reaksi pembukaan cincin epoksida. Pemilihan metoda pereaksian antara lain mereaksikan kariofilena oksida yang dikatalisis oleh zeolit-zeolit H-Y, H-sodalit dan H-ZSM-5 dalam pelarut dioksan (sistem refluks) dan tanpa adanya pelarut (system batch). Zeolit yang digunakan dikarakterisasi dengan cara: (1). Menghitung kuantitas asam zeolit dengan cara timbang, menggunakan gas NH3 sebagai absorbat (2). Karakterisasi dengan FTIR untuk menentukan membandingkan rasio Si/Al tiap zeolit secara kualitatif, dan (3). Karakterisasi dengan SEM (Scanning Electron Microscop) untuk melihat keseragaman permukaan zeolit (Wiranto Haryadi, 2004).
Hanya ada satu prinsip dalam pelarutan, yaitu like dissolved like. Larutan satu akan mampu bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiliki sifat (polaritas) yang sama atau tidak jauh berbeda. Bila pencampuran dilakukan antarlarutan yang memiliki tingkat polaritas yang berbeda, maka akan terbentuk lapisan antarmuka (interface) yang memisahkan kedua fase larutan. Peristiwa tersebut dapat kita lihat dengan nyata pada campuran air dan minyak. Salah satu hal yang dapat kita lakukan agar larutan yang tidak saling campur tersebut menjadi bercampur yaitu dengan mengatur temperatur campuran. Pengaturan temperatur dapat dilakukan dengan memanaskan atau mendinginkan campuran. Dengan begitu, campuran tersebut tidak akan terpisah lagi. Ada beberapa campuran yang membutuhkan suhu ekstrim (sangat tinggi atau sangat rendah) agar dapat saling bercampur satu sama lain (Jones, 2005).
            Banyak bahan obat yang mempunyai kelarutan dalam air yang rendah atau dinyatakan praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik. Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu bahan obat, antara lain : pembentukan kompleks, penambahan kosolven, penambahan surfaktan, manipulasi keadaan padat, dan pembentukan prodrug. Propilen glikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut atau kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal. Dengan penambahan kosolven dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk melewati membran (Linda, 2009).
           




C.     Alat dan Bahan
1.      Alat
-          Tabung uji kelarutan
-          Shaking thermostatic
-          Spektofotometer
-          Alat-alat gelas

2.      Bahan
-          Kafein
-          Dioksan
-          Air











D.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum kali in yaitu:
Kafein
                                                         
 

-          Hubungkan  kelarutan intrinsic obat dengan dielektrik solven
-          Buat pelarut dioksan dan air 50:50
-          Masukan zat obat ke dalam uji kelarutan
-          Tempatkan campuran ke dalam shaking thermostatic watherbath pada suhu tertentu
-          Kocok hingga terbentuk larutan jenuh
-          Ambul sejumlah sampel, saring dan tentukan kadarnya

                                                                   Hasil pengamatan….?











E.     Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum kali ini yaitu:
1.      Tabel
NO
SUHU (OC)
KELARUTAN (FRAKSI MOL)
1.
30
0,13
2.
50
0,18
3.
70
0,26
4.
90
0,31
5.
100
0,38

2.      Grafik

F.      Pembahasan
                        Kelarutan adalah kadar solut dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH, temperatur(suhu), jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel zat, konstanta dielektrik pelarut dan adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis.
                Secara kuantitatif, kelarutan dapat diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu momen dipolnya. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.
            Pada percobaan yang kami lakukan dengan menggunakan kafein sebagai sampel dan dioksan sebagai pelarutnya, diperoleh hasil yaitu pada suhu 30oC kelarutan yang dihasilkan yaitu 0,13. Pada suhu 50oC  kelarutan yang dihasilkan 0,18. Pada suhu 70oC kelarutannya 0,26. Pada suhu 90oC diperoleh kelarutannya 0,31. Pada suhu 100oC diperoleh kelarutannya 0,38.
Hal ini mungkin terjadi dikarenakan beberapa Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent.







G.    Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali in yaitu Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum memformula bahan obat menjadi sediaan. Proses kelarutan zat dipengaruhi oleh polaritas pelarut yaitu momen dipolnya, dimana pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik. Besarnya tetapan dielektrik yang terjadi pada proses kelarutan dapat diatur dengan penambahan pelarut lain.














DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, M R, dkk. 2011.Gambaran Factor Ibu Hamil Resiko Tinggi Tahun 2005-2010.Jurnal Penelitian kesehatan Suara Forikes.(vol 2) No 1.

Haryadi, Wiranto, dkk. 2004. Mempwlajari Pembukaan Reaksi Cincin Epoksida Senyawa Kariofilena oksida Dengan Katalis Zeolit Sintesis. Jurnal of chemistry. (vol 2) No 4.

Jones, L. 2005. Farmasi Fisika edisi 1. Yogyakarta: UGM press

Rahayu, Tuti, dkk. 2007. Optimasi Fermentasi Cairan Kopi Dengan inokulan Kultur kombucha. Jurnal Penelitian Sains. (vol 8) No 4.

Widyaningsih, Linda. 2009. ‘Pengaruh Penambahan Kosolven Propilen Glikol terhadap Kelarutan Asam Mefenamat’. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar