KELARUTAN
INTRINSIK OBAT
A. Tujuan
Memperkenalkana konsep dan proses pendukung system
kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.
B. Landasan
teori
Nama
lain dari kafein adalah trimethylxanthine memberikan kebugaran dalam
jangka pendek yang banyak dicari orang, bahkan para kalangan medis sering
memanfaatkannya sebagai campuran obat-obatan, misalnya obat flu dan asma. Hal
ini bertujuan untuk menyeimbangkan dorongan rasa kantuk yang muncul dan untuk
penambah energi serta menumbuhkan kewaspadaan tingkat tinggi. Selain dari
kafein, kopi mengandung tanin. Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat
ditemui pada setiap tanaman yang letak dan jumlahnya berbeda-beda tergantung
pada jenis tanaman itu sendiri. Senyawa tanin dapat menyebabkan rasa sepet pada
buah dan menyebabkan pencoklatan pada bahan. senyawa fenolik. Satu diantaranya
adalah asam kafeat (coffeic acid), asam lainnya adalah asam klorogenat
yang mengandung asam kafeat yang menentukan cita rasa kopi. Selain kedua asam
tersebut, yang juga menentukan cita rasa kopi dan jumlahnya relatif kecil
adalah : asam nitrat, asam malat, asam tartrat, dan asam oksalat. Selain itu
kafein juga merupakan senyawa yang memberi pengaruh stimulasi pada seduhan
kopi. Kafein juga bersifat diuretik, merangsang peningkatan pengeluaran urin,
merangsang otak dan aktivitas jantung. Kandungan kafein pada kopi Arabika 0,
8-1,5% dan pada kopi Robusta 1, 6-2, 5% (kopi mentah). Kafein sinonim dengan
metil teobromin. Teobromin berbeda dengan kafein dalam gugusan metilnya, bila
kafein gugus metilnya diganti dengan hidrogen, menjadi teobromin. Kafein tidak
hanya terdapat pada kopi saja, tetapi juga terdapat pada teh dan cokelat ( Tuti
Rahayu, 2007).
Kafein tidak hanya ada didalam kopi tetapi
juga terdapat dalam makanan lain seperti: the dan coklat, Masyarakat di desa
Bintoro selain memiliki kebiasaan minum kopi juga minum the setiap hari, hal
ini berdampak pada konsentrasi kafein dalam sirkulasi darah. Souza dan Sichieri
(2005) dalam penelitiannya melaporkan konsumsi total kafein termasuk dari
sumber makanan yang mengandung kafein selama kehamilan tidak ada hubungan
antara prematuritas apabila jumlah konsumsi kopi kurang dari 300 mg perhari.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan apabiala konsumsi melebihi 300 mg perhari
dapat menyebabkan terjadinya prematuritas. Padahal dari hasil penelitian ini
kebiasaan mengkonsumsi kopi lebih dari 3 gelas dalam sehari. Konje (2008) dalam
penelitiannya melaporkan mengkonsumsi kafein selama hamil berhubungan dengan
meningkatnya gangguan pertumbuhan janin (Maria Retno, 2001).
Pelarut
yang digunakan adalah pelarut yang bersifat polar seperti metanol, etanol,
dioksan, atau metilen klorida. Syarat pelarut yang digunakan adalah pelarut
tersebut tidak dapat membentuk kompleks inklusi dengan urea atau tidak dapat
berperan sebagai senyawa tamu. Penelitian dilakukan dengan memilih zeolit
metoda pereaksian dan zeolit yang paling selektif untuk reaksi pembukaan cincin
epoksida. Pemilihan metoda pereaksian antara lain mereaksikan kariofilena
oksida yang dikatalisis oleh zeolit-zeolit H-Y, H-sodalit dan H-ZSM-5 dalam
pelarut dioksan (sistem refluks) dan tanpa adanya pelarut (system batch).
Zeolit yang digunakan dikarakterisasi dengan cara: (1). Menghitung kuantitas
asam zeolit dengan cara timbang, menggunakan gas NH3 sebagai absorbat (2).
Karakterisasi dengan FTIR untuk menentukan membandingkan rasio Si/Al tiap
zeolit secara kualitatif, dan (3). Karakterisasi dengan SEM (Scanning
Electron Microscop) untuk melihat keseragaman permukaan zeolit (Wiranto
Haryadi, 2004).
Hanya ada satu prinsip dalam pelarutan, yaitu
like dissolved like. Larutan satu akan mampu bercampur sempurna dengan larutan
lain apabila memiliki sifat (polaritas) yang sama atau tidak jauh berbeda. Bila
pencampuran dilakukan antarlarutan yang memiliki tingkat polaritas yang
berbeda, maka akan terbentuk lapisan antarmuka (interface) yang memisahkan
kedua fase larutan. Peristiwa tersebut dapat kita lihat dengan nyata pada
campuran air dan minyak. Salah satu hal yang dapat kita lakukan agar larutan
yang tidak saling campur tersebut menjadi bercampur yaitu dengan mengatur
temperatur campuran. Pengaturan temperatur dapat dilakukan dengan memanaskan
atau mendinginkan campuran. Dengan begitu, campuran tersebut tidak akan
terpisah lagi. Ada beberapa campuran yang membutuhkan suhu ekstrim (sangat
tinggi atau sangat rendah) agar dapat saling bercampur satu sama lain (Jones,
2005).
Banyak
bahan obat yang mempunyai kelarutan dalam air yang rendah atau dinyatakan
praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik. Senyawa-senyawa
yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi yang tidak sempurna atau tidak
menentu. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan
suatu bahan obat, antara lain : pembentukan kompleks, penambahan kosolven,
penambahan surfaktan, manipulasi keadaan padat, dan pembentukan prodrug.
Propilen glikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut atau
kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam
formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal. Dengan penambahan
kosolven dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk melewati membran
(Linda, 2009).
C. Alat
dan Bahan
1. Alat
-
Tabung uji kelarutan
-
Shaking thermostatic
-
Spektofotometer
-
Alat-alat gelas
2. Bahan
-
Kafein
-
Dioksan
-
Air
D. Prosedur
Kerja
Prosedur kerja pada praktikum kali in
yaitu:
Kafein
|
-
Hubungkan kelarutan intrinsic obat dengan dielektrik
solven
-
Buat pelarut dioksan dan air 50:50
-
Masukan
zat obat ke dalam uji kelarutan
-
Tempatkan
campuran ke dalam shaking thermostatic watherbath pada suhu tertentu
-
Kocok
hingga terbentuk larutan jenuh
-
Ambul
sejumlah sampel, saring dan tentukan kadarnya
Hasil
pengamatan….?
E. Hasil
Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Tabel
NO
|
SUHU (OC)
|
KELARUTAN
(FRAKSI MOL)
|
1.
|
30
|
0,13
|
2.
|
50
|
0,18
|
3.
|
70
|
0,26
|
4.
|
90
|
0,31
|
5.
|
100
|
0,38
|
2.
Grafik
F. Pembahasan
Kelarutan
adalah kadar solut dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukan
bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi dan
membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu pH, temperatur(suhu), jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel
zat, konstanta dielektrik pelarut dan adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan
pembentuk kompleks, ion sejenis.
Secara
kuantitatif, kelarutan dapat diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam
suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Kelarutan obat sebagian besar
disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu momen dipolnya. Kelarutan suatu zat
padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor)
mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut.
Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar
molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik
molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh kenaikan suhu
akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena
gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu
meningkat.
Pada percobaan yang kami lakukan
dengan menggunakan kafein sebagai sampel dan dioksan sebagai pelarutnya,
diperoleh hasil yaitu pada suhu 30oC kelarutan yang dihasilkan yaitu
0,13. Pada suhu 50oC
kelarutan yang dihasilkan 0,18. Pada suhu 70oC kelarutannya
0,26. Pada suhu 90oC diperoleh kelarutannya 0,31. Pada suhu 100oC
diperoleh kelarutannya 0,38.
Hal ini mungkin terjadi dikarenakan
beberapa Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan
ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam.
Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil
ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya
garam akan mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut
dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal
dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan
kelarutan zat disebut cosolvent.
G. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali in yaitu Kelarutan
merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada
tahap preformulasi sebelum memformula bahan obat menjadi sediaan. Proses kelarutan zat dipengaruhi
oleh polaritas pelarut yaitu momen dipolnya, dimana pelarut polar akan
melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik. Besarnya tetapan dielektrik yang
terjadi pada proses kelarutan dapat diatur dengan penambahan pelarut lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, M R,
dkk. 2011.Gambaran Factor Ibu Hamil Resiko Tinggi Tahun 2005-2010.Jurnal Penelitian kesehatan Suara Forikes.(vol 2) No 1.
Haryadi,
Wiranto, dkk. 2004. Mempwlajari Pembukaan Reaksi Cincin Epoksida Senyawa
Kariofilena oksida Dengan Katalis Zeolit Sintesis. Jurnal of chemistry. (vol 2)
No 4.
Jones, L. 2005. Farmasi
Fisika edisi 1. Yogyakarta: UGM press
Rahayu, Tuti,
dkk. 2007. Optimasi Fermentasi Cairan Kopi Dengan inokulan Kultur kombucha. Jurnal Penelitian Sains. (vol 8) No 4.
Widyaningsih, Linda. 2009. ‘Pengaruh Penambahan Kosolven Propilen Glikol
terhadap Kelarutan Asam Mefenamat’. Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar