DISPERSI KOLOID DAN
SIFAT-SIFATNYA
A.
TUJUAN
Tujuan
dalam percobaan kai ini adalah memberikan gambaran tentang sifat-sifat larutan
koloid.
B.
LANDASAN
TEORI
Didalam air tanah, transport koloid yang
mampu mengadsordsi ion-ion aktinida sangat perlu dipelajari terutama dikaitkan
dengan unjuk kerja dari sistem penyimpanan limbah radioaktif. Di dalam air
tanah, koloid berperan menjadi fase ke tiga yang mempunyai fase bukan larutan
dan juga bukan padatan. Fase ini dapat meningkatkan jumlah aktinida yang dapat
bermigrasi ke aquifer . Transport koloid ini dapat dihambat dengan
filtrasi. Karena ukurannya yang relatif besar dibandingkan dengan larutan, maka
koloid mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan unsur terlarut. Maka untuk
mempelajari transport koloid pengkajian harus difokuskan pada migrasi koloid,
terutama pada mekanismenfiltrasi yag bertujuan untuk menghambat migrasi koloid,
sehingga dapat menurunkan angka ketidakpastian di dalam sistem penyimpanan
lestari limbah radioaktif. Mekanisme filtrasi telah banyak dipelajari misalnya
pada pengolahan air dan transport dari kontaminan koloid dalam air tanah. Pada
transport koloid, yang mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan gaya tarik menarik mendominasi dan ketika
bertumbukan pada permukaan. Fenomena ini disebut deposisi. Apakah material
itu nantinya menempel atau tidak tergantung interaksi antara
partikel dan permukaan. Interaksi ini dapat dijelaskan dengan teori stabilitas
koloid Derjaguin-Landau and Vervey-Overbeek (Sriwahyuni, 2001).
Metode agregasi hidrofobik
merupakan metode pemisahan dari suatu partikel koloid yang bersifat hidrofob
yang jika partikel tersebut diagitasi dengan kecepatan relatif tinggi maka
dapat menggumpal sehingga dapat dipisahkan dari campurannya. Sampai saat ini,
pemisahan zat dengan metode agregasi hidrofobik selalu diawali dari partikel
koloid. Dalam proses ini terjadi perubahan dari partikel koloid menjadi
agregat. Mekanisme pemisahan yang terjadi ada dua tahap. Pertama, adsorpsi
surfaktan ke permukaan partikel koloid. Kedua, terbentuknya agregat akibat
tumbukan antar partikel hidrofobik setelah diagitasi dengan kecepatan yang
relatif tinggi. Salah satu kelemahan dari teknik ini terutama terletak pada
faktor selektivitas pemisahan. Hal ini disebabkan, partikel koloid tersebut
diperoleh dengan cara dispersi, yaitu dengan menggerus bongkahan bijih logam
menjadi bentuk serbuk yang sangat halus. Untuk mendapatkan serbuk dengan ukuran
yang sangat kecil (ukuran partikel koloid) tanpa terkotori oleh zat lain,
merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Hal ini merupakan masalah lain yang
dihadapi dalam proses pemisahan zat dengan metode agregasi hidrofobik yang
dimulai dari partikel koloid (Suharta, et
al., 2000).
Jika
suatu berkas cahaya yang kuat disorotkan melalui suatu larutan koloid dan
larutan ini di pandang dari sudut yang tegak lurus terhadap sinar jatuh, akan
terlihat pembauran cahaya. Inilah yang disebut efek Tyndall (Bassett J, 2003).
Koagulasi
dispersi-dispersi koloid bisa dilakukan oleh ion-ion selain ion dari endapan
itu sendiri. Ketiga menjadi koagulasi suatu, ion-ion yang berkoagulasi bisa
diseret kebawah oleh endapan tersebut. Jika ion-ion ini larut ketika endapan
dicuci, partikel- partikel tersebut kembali masuk ke dispersi koloid dan
menembus filter. Proses dispersi material tak larut dalam suatu cairan seperti
koloid ini disebut peptisasi dan harus dihindari dalam prosedur-prosedur
kuatitatif (Day dan Underwood A L, 2002).
C.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
kali ini yaitu :
-
Gelas kimia 100 ml
-
Gelas kimia 25 ml
-
Erlenmeyer 100 ml
-
Labu takar 100 ml
-
Pipet tetes
-
Batang pengaduk
-
Spatula
-
Mistar
-
Tabung sentrifugasi
-
Timbangan
-
Pipa kapiler
-
Tabung reaksi
-
Konduktometer
-
Turbidimeter
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam
percobaan dispersi koloid dan sifat-sifatnya yaitu :
-
Detergen
-
Minyak
-
Aquades
3. Uraian
bahan
·
Air suling (Dirjen POM,1979 : 96)
Nama resmi : Aqua Destilatta
Nama
lain
: Air suling / aquadest
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
:Carian jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak mempunyai rasa.
Penyimnpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai pelarut.
· Minyak
Kelapa (Dirjen POM,1979 : 56)
Nama resmi : Oleum cocus
Nama latin :
Minyak kelapa
RM/BM : -
Pemerian :Jernih tidak berwarna,
kuning pucat, bau khas, tidak tengik
Kelarutan :Larut
dalam 2 bagian etanol (95%) pada suhu 60oC, sangat mudah larut
dalam kloroform p dan dalam eter p.
Penyimpanan :Dalam
wadah tertutup baik, terlindungi cahaya, sejuk.
D.
PROSEDUR
KERJA
1. Detergen
Detergen
|
-
Ditimbang sebanyak 0,5
gram, 1 gram dan 3 gram
-
Dimasukkan dalam tiga
buah gelas kimia
-
Dilarutkan dengan 100
ml aquades untuk masing-masing detergen
-
Dikocok dan dimasukkan
10 ml ke dalam gelas kimia 25 ml
-
Diukur tinggi larutan
detergen dalam gelas kimia
-
Dimasukkan pipa kapiler
ke dalam tabung
-
Didiamkan dan diukur
tinggi kenaikan cairan dalam pipa kapiler dan lakukan penentuan tegangan
permukaan
-
Diukur konduktivitasnya
dengan konduktometer
Hasil pengamatan..?
2. Koloid minyak-air dan air-minyak
Minyak
|
-
Dimasukkan 25 ml larutan
minyak ke dalam tabung sentrifigus.
-
Ditambahkan
masing-masing 3 ml larutan detergen 0,5% pada tabung I, larutan detergen 1%
pada tabung II dan larutan detergen 3% pada tabung III.
-
Dikocok hingga homogen
dn diamkan
-
Dimasukkan pada piknometer
-
Ditimbang dan
dimasukkan kedalam tabung
-
Diukur tingginya
kenaikan cairan dalam pipa kapiler, lalu tentukan tegangan permukaan
-
Dilakukan pula
penentuan konduktivitas dengan konduktometer
-
Ditentukan pula
kekeruhan dengan turbidimeter
Hasil Pengamatan..?
E.
HASIL
PENGAMATAN
1. Tabel
Pengamatan
a. Detergen
No
|
Kosentrasi
|
Tinggi cairan
dalam botol vial (ho)
|
Tinggi cairan dalam
pipa kapiler (hi)
|
|
1.
|
0,5 %
|
1,6 cm
|
2 cm
|
0,4 cm
|
2.
|
1 %
|
1,7 cm
|
2,3 cm
|
0,6 cm
|
3.
|
3%
|
1,7 cm
|
2,5 cm
|
0,8 cm
|
b. Koloid
air-minyak dan minyak-air
Ø Berat
molekul koloid
No
|
Kosentrasi
|
Berat botol vial
kosong (a)
|
Berat botol vial yang
berisi (b)
|
Berat
larutan (b-a)
|
1.
|
0,5 %
|
10 g
|
23,83 g
|
13,83 g
|
2.
|
1 %
|
10 g
|
23,57 g
|
13,57 g
|
3.
|
3%
|
10 g
|
23,,48 g
|
13,49 g
|
Ø Teggangan
permukaan koloid
No
|
Kosentrasi
|
Tinggi koloid dalam botol
vial (ho)
|
Tinggi koloid dalam
pipa kapiler (hi)
|
|
1.
|
0,5 %
|
4 cm
|
2,3 cm
|
1,7 cm
|
2.
|
1 %
|
4 cm
|
2,3 cm
|
1,7 cm
|
3.
|
3%
|
4 cm
|
2,5 cm
|
1,5 cm
|
Ø Konduktivitas koloid
No
|
Kosentrasi
|
Konduktivitas
|
1.
|
0,5 %
|
4,20
|
2.
|
1 %
|
5,16
|
3.
|
3%
|
10,77
|
Ø Turbiditas
atau kekeruhan koloid
No
|
Kosentrasi
|
Turbiditas
|
1.
|
0,5 %
|
0
|
2.
|
1 %
|
0
|
3.
|
3%
|
0
|
F.
PEMBAHASAN
Sistem
koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall.
Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya
gravitasi
atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan,
misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang
tersebar merata dalam medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium
pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas.
Koloid
mempunyai beberapa sifat, diantaranya yaitu Efek Tyndall ialah gejala
penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika
suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya,
maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid , cahaya akan dihamburkan. Hal ini terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati. Kedua yaitu
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Ketiga yaitu Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permu kaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Keempat yaitu Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Kelima yaitu Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
keenam yaitu Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis, dan yang terakhir yaitu Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Ketiga yaitu Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permu kaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Keempat yaitu Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Kelima yaitu Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
keenam yaitu Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis, dan yang terakhir yaitu Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
Percobaan kali
ini membahas mengenai penenentuan koloid beserta sifat-sifatnya. Perlakuan pada
percobaan ini digunakan sampel minyak, detergen
dan air. Seperti yang kita ketahui bahwa air dan minyak apabila kita
larutkan hasilnya tidak akan tercampur, hal ini disebabkan karena air mempunyai ikatan hidrogen yang lebih kuat
dibandingkan dengan minyak yang mempunyai bobot jenis yang lebih rendah dari
air, jadi untuk mencampur keduanya digunakan zat emulgator yaitu detergen untuk
melarutkan minyak dalam air atau sebaliknya. Pencampuran antara minyak dengan
air ini akan menghasilkan larutan koloid karena merupakan campuran zat
heterogen yang tersebar merata pada permukaan zat.
Untuk menetahui
hubungan antara koloid dengan teggangan permukaan yaitu digunakan pipa kapiler
untuk mengukur teggangan permukaanya. Dari data ketinggian cairan yang
telah diperoleh, maka dapat dihitung tegangan permukaan masing-masing larutan
tersebut. Tegangan permukaan cairan dapat diartikan sebagai daya tahan lapisan tipis suatu
permukaan cairan terhadap gaya untuk mengubah luas permukaan cairan. Besar
kecilnya tegangan permukaan cairan tergantung pada zat terlarut dalam cairan
tersebut. Hal ini terjadi karena molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul
yang sejenis yang disebut dengan daya kohesi dan sebaliknya. semakin tinggi
perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair
itu semakin susah untuk bercampur. Pada campuran antara
minyak, air dan detergen memiliki gaya adhesi yang cukup besar ketiga campuran
senyawa ini saling bereaksi untuk membentuk emulsi, sehingga tegangan
permukaannya lebih kecil, berbeda dengan tegangan permukaan antara campuran air
dan detergen akan menghasilkan tegangan permukaan yang lebih besar karena
adanya gaya kohesi antara molekul air yang lebih besar dan akan menghasilkan
ikatan hidrogen yang cukup kuat. Dimana
sudut kontak cairan yang menyentuh permukaan padatan yang kering akan berbeda
dengan suduk kontak cairan yang menyentuh permukaan yang basah .
Koloid juga sangat berhubungan erat dengan
kosentrasi dimana semakin besar kosentrasinya maka air dan minyak maka akan
semakin jelas koloid yang terbentuk antara kedua fase tersebut. Untuk menukur
konduktivitas koloid diperlukan konduktometer dengan cara mencelupkan alat
tersebut ke dalam sampel dan dapat terlihat konduktivitasnya, dimana semakin
besar kosentrasinya maka konduktivitasnya akan semakin besar pula.
Kekeruhan suatu
koloid dapat diukur menggunakan turbidimeter dengan cara memasukan sampel
kedalam turbidi meter kemudian dilihat data yang diperoleh. Namun pada saat
pengukuran kekeruhan dari koloid tersebut tidak dapat terbaca. Hal ini mungkin
disebabkan terjadi kesalahan pada saat perlakuan atau sampel yangdigunakan udah
terkontaminasi.
Kiloid dalam
bidang farmasi banyak memiliki manfaat diantaranya sebagai pelarut bahan
kosmetik, seperti jell rambut, spray rambut, pembersih muka dan sebagai obat
untuk anak-anak yang dikemas dalam bentuk sirup agar mudah dikonsumsi.
G.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa koloid dapat ditentukan dengan mengukur teggangan
permukaan dan kekeruhannya, serta koloid memiliki sifat-sifat antara lain Efek
Tyndall, Gerak Brown, Adsorbsi, Koagulasi, Koloid Pelindung, Dealisis,
Elektroforesis .
DAFTAR
PUSTAKA
Bassett
J,dkk, 2003, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Jakarta,EGC.
Day
R A dkk, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta, Erlangga.
Meenakshi,
D., 2013, Emulgel a: novel approach to
topical drug delivery, International Journal
of Pharma and Bio Sciences, Int J Pharm Bio Sci 4(1): (P) 847 – 856, ISSN 0975-6299.
Murfini, Jovita Tri dkk, 1994, Pengaruh Pemucatan Dan Winterisasi
Terhadap Sifat Kimia Dan Fisiko-Kimia Minyak Salad YangDiolah Dari Minyak Ikan
Lemeru (Sardil1ella longiceps), Jurnal Pen. Pasca Panen Perikanan NO. 77
HAL 33-49.
Sriwahyuni,
Heru dan Suryantoro, 2011, Pengaruh Ukuran Butir Koloid Terhadap Deposisi
Koloid Pada Tanah Sekitar Fasilitas Penyimpanan Lestari Limbah Radioktif, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK, ISSN 1410-6086.
Suharta.,
dkk. Uji Selektifitas dan Penentuan Rekoveri Akhir pada Pemisahan Logam Emas
dengan Metode Agregasi Hidrofobik. JMS.
Vol 5. No 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar