KELARUTAN SEMU/ TOTAL (APPARENT SOLUBILITY)
A. Tujuan
Mengetahui
pengaruh pH larutan terhadap kelarutan bahan obat yang bersifat asam lemah.
B.
Landasan Teori
Kelarutan
merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum
memformula bahan obat menjadi sediaan.
Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat, antara lain:
melalui pembentukan garam, perubahan struktur internal kristal(polimorfi) atau
penambahan suatu bahan penolong, misalnya bahan pengompleks, surfaktan dan
kosolven. Bertolak dari pemikiran bahwa kelarutan adalah penting dalam
formulasi obat, maka dilakukan penelitian untuk meningkatkan kelarutan agar
nantinya dapat dibuat sediaan parenteral (Erindyah, 2005).
Pengukuran kelarutan bertujuan
untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh tablet effervescen bubur buah untuk
hancur dan terlarut sempurna hingga produksi gas terhenti, dengan melarutkan
tablet ke dalam air mineral 200 ml pada suhu kamar (Mohrle, 1989). Berdasarkan
hasil pengamatan, diperoleh kelarutan tablet effervescen buah markisa berkisar
antara 80,42-125,12 detik. Pengukuran
kelarutan dilakukan untuk mengetahui waktu
yang diperlukan oleh tablet effervescen buah markisa untuk dapat larut dalam media pelarut. Media pelarut yang digunakan adalah air mineral 200 mL dengan suhu 15oC. Kelarutan dihitung
saat tablet mulai menyentuh air hingga
tablet tersebut telah larut secara sempurna
yang ditandai dengan berhentinya gas CO2
di dalam air semakin
besar gaya tekan yang digunakan, tekstur tablet juga semakin tinggi, sehingga
kelarutannya semakin lama. Tekstur tablet yang tinggi akan menyebabkan tablet
tenggelam terlebih dahulu kemudian naik ke permukaan, sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk larut semakin lama. Sedangkan tablet yang rapuh, akan langsung
larut dan pecah dipermukaan air, sehingga kelarutannya relatif lebih cepat. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa tablet yang rapuh biasanya memiliki
kelarutan yang lebih cepat. Gaya tekan yang tinggi saat pengepresan menyebabkan
densitas tablet menjadi kecil, sehingga panetrasi cairan ke dalam struktur
tablet menjadi sulit. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kelarutan tablet.
Penggunaan gaya tekan 5000 N memiliki kelarutan 125,12 detik, hal ini melebihi
standar kelarutan yang ditetapkan oleh United States Pharmacopea (USP) yaitu
kurang dari 120 detik (Ansar, 2011).
Senyawa-senyawa
yang bersifat sebagai antimikroba yang dapat ditambahkan pada edible film
antara lain asam benzoat, sodium benzoat, asam sorbat, potassium sorbat dan
asam propionate, untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme. Mekanisme kerja
asam organik sebagai bahan antimikroba berdasarkan pada permeabilitas dari sel
membran mikroorganisme terhadap molekul asam yang tidak terdisosiasi sehingga
di dalam sel banyak terdapat ion hidrogen yang menyebabkan pH sel menjadi
rendah dan dapat merusak organ sel mikrooganisme. Asam organik (asam benzoat,
propionat, sorbat, dan lainnya) mempuyai efektifitas yang tinggi bila digunakan
pada lingkungan bahan pangan dengan keasaman tinggi (pH rendah), karena pada pH
netral dan basa akan mengurai asam organik menjadi ionionnya. Kemampuan
antimikroba yaitu asam benzoat dan asam propionat yang ditambahkan pada edible
film protein whey digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
sehingga dapat mengurangi jumlah mikroorganisme keju Gouda. Aktivitas asam
benzoate langsung bekerja pada dinding sel dan menghambat kerja enzim pada
siklus asam sitrat (asam - ketoglutarat dehidrigenase, asam suksinat
dehidrogenase) dan enzimenzim yang bekerja pada fosforilasi oksidatif. Asam
propionat digunakan sebagai bahan pengawet makanan karena mempunyai spektrum
aktivitas antimikroba yang lebih luas. Aktivitas antimikroba asam benzoate dan
asam propionat berhubungan dengan pH, karena lebih efektif pada pH rendah
(pH asam benzoat dan asam propionat <
6) (Manab 2009).
Salah
satu bahan pengawet yang sering digunakan dalam makanan adalah asam benzoate (C6H5COOH).
Pengawet ini sangat cocok digunakan untuk bahan makanan yang bersifat asam
seperti saos tomat. Bahan ini bekerja sangat efektif pada pH 2,5 – 4,0 untuk
mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Mekanisme penghambatan mikroba oleh
benzoat yaitu mengganggu permeabilitas membran sel, struktur sistem genetik mikroba,
dan mengganggu enzim intraseluler. Benzoat yang umum digunakan adalah benzoat
dalam bentuk garamnya karena lebih mudah larut dibanding asamnya. Dalam bahan
pangan, garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoat
yang tidak terdisosiasi. Bentuk ini mempunyai efek racun pada pemakaian
berlebih terhadap konsumen, sehingga pemberian bahan pengawet ini tidak
melebihi 0,1% dalam bahan makanan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Rohadi dan tim peneliti Fakultas Teknologi Pertanian Semarang, yang melaporkan
bahwa mayoritas saos tomat mengandung pengawet (benzoat) yang melebihi standar
mutu yang ditentukan (1000 mg/kg), yaitu berkisar 1100 – 1300 mg/kg. Oleh sebab
itu maka pada diskusi ilmiahnya dihimbau agar masyarakat berhati-hati
mengkonsumsi saos tomat. Apabila tubuh mengkonsumsi bahan pengawet ini secara
berlebih, dapat mengganggu kesehatan, terutama menyerang. Alimi telah melakukan
penelitian tentang pemberian natrium benzoat kepada tikus mencit selama 60 hari
secara terus menerus dan dilaporkan bahwa pada pemberian benzoat dengan kadar
0,2% menyebabkan sekitar 6,67% mencit putih terkena radang lambung, usus dan
kulit. Sedangkan pada pemberian kadar 4% menyebabkan sekitar 40% tikus mencit
menderita radang lambung dan usus kronis serta 26,6% menderita radang lambung
dan usus kronis yang disertai kematian (Siaka, 2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah
kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun
terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih
dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut tertentu pada umumnya merupakan suatu cairan
yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa
gas, cairan lain, atau padat. Tingkat kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble)
sering diterapkan pada senyawa-senyawa yang sulit
larut, walaupun sebenarnya hanya terdapat sedikit kasus yang benar-benar tidak terdapat bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan
dapat dilewati agar dapat menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh (supersaturated) yang stabil. Sifat solvent yaitu kelarutan yang
besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan
sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Bila ada kesamaan dari
sifat-sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara
solvent-solvent, maka gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-solvent adalah
kuat. Sebaliknya, bila tidak ada kesamaan, maka gaya-gaya tarik solute-solvent
lemah. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggi dalam
solvent polar daripada dalam pelarut non-polar. Juga, jika solvent lebih polar,
maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar, sedangkan sifat
solute yaitu penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi
solute-solute dan solute-solvent (Wahyuni, 2012).
Sentrifugasi merupakan suatu metode yang digunakan dalam
pencapaian sedimentasi dimana partikel-partikel yang ada di dalam suatu bahan
yang dipisahkan dari fluida oleh gaya sentrifugasi yang dikenakan pada
partikel. Dalam penggunaan metode sentrifugasi ini terdapat sebuah alat yang
penting. Alat yang diperlukan dalam metode ini adalah sentrifugase. Yang
dimaksudkan agar segala bentuk proses pemisahan zat dapat dipercepat. Prinsip
kerjanya yaitu dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik
dimana dititik tersebut dikenekan gaya. Pada saat objek diputar,
partikel-partikel yang ada akan berpisah dan berpencar sesuai berat jenis
masing-masing partikel. Dengan gaya yang paling berperan adalah gaya
sentrifugal. Dengan adanya teknik ini, proses pengendapan suatu bahan akan
lebih cepat dan optimum dibandingkan dengan teknik biasa. Cara pengoprasian
alat sentrifugase ini sangat memperhatikan sistem konsentrasi yang ingin
dimasukkan kedalam alat sentrifugasi dan kecepatan putar alat. Pengguna pertama
kali memasukkan nilai konsentrasi (%) dari endapan yang diinginkan kemudian
memasukkan nilai RPM (revolutions per
minute) kedalam alat sentrifugasi.
Setelah semua selesai, maka alat sentrifugase secara otomatis akan berjalan.
Yang sebelumnya akan mengeluarkan nilai waktu putar (t) sebelum alat berputar.
Didalam mesin sentrifugase, terdapat suatu sensor yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi cairan yang dihasilkan dari
proses sentrifugasi
(Zulfikar, 2012).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
·
Timbangan analitik
·
Kertas saring
·
Erlenmeyer 3 buah 100 ml
·
Filler
·
Pipet ukur 10 ml
·
Gelas ukur
·
Spatula
·
Oven
·
Aluminium foil
2. Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
·
Asam Benzoat
·
Larutan Dapar fosfat pH 4, pH 5, pH 5,6
D.
Prosedur Kerja
Buffer
Asetat
|
pH
5,6
|
pH
5
|
pH
4
|
-
Dipipet
7 ml
-
Dimasukan
dalam erlemeyer
-
Ditambahkan
0,2 g asam benzoate
-
Dikocok
20 menit
-
Disaring
menggunakan kertas saring
Residu
|
Filtrat
|
-
dikeringkan
dalam oven dengan suhu 50oC
-
ditimbang
-
dihitung
asam benzoate yang larut
-
dihitung
kosentrasi asam benzoate yang larut
Hasil pengamatan…?
E. Hasil Pengamatan
a. Tabel
Hasil Pengamatan
Larutan buffer fosfat (pH)
|
Berat awal kertas saring (gram)
|
Berat akhir kertas saring + asam
benzoate (gram)
|
Berat asam benzoate tak larut
(gram)
|
So
(M)
|
S
(M)
|
4
|
0.03
|
0,65
|
0,62
|
0,450
|
0,126
|
5
|
0.04
|
0,79
|
0,75
|
0,344
|
0,313
|
5,6
|
0.06
|
1,44
|
1,38
|
0,967
|
1.111683
|
b. Perhitungan
Ø Analisis Data
1) Massa
asam benzoat yang larut
§ Untuk
pH 4 :
Massa asam benzoat = massa benzoatawal - massa benzoattidak
larut
= 0,75 gram – 0,2 gram
= 0,55 gram
§ Untuk
pH 5 :
Massa asam benzoat =
massa benzoatawal - massa benzoattidak larut
= 0,62
gram – 0,2 gram
= 0,42 gram
§ Untuk
pH 5,6 :
Massa asam benzoat = massa benzoatawal - massa benzoattidak
larut
= 1,38 gram – 0,2 gram
= 1,18 gram
2) Menghitung
konsentrasi kelarutan intrinsik (S0)
§ Untuk
pH 4 :
S0 =
x
=
=
0,450 M
§ Untuk
pH 5 :
S0 =
x
=
=
0,344 M
§ Untuk
pH 5,6 :
S0 =
x
=
=
0,967 M
3) Menghitung
konsentrasi kelarutan semu (S)
§ Untuk
pH 4 :
M
§ Untuk
pH 5 :
M
§ Untuk
pH 5,6 :
M
c. Grafik
F. Pembahasan
Kelarutan
semu merupakan keadaan di mana suatu zat terlarut seolah-olah telah larut
seluruhnya dan zat pelarut, namun sebenarnya masih terdapat bagian zat terlarut
yang tidak larut. Kelarutan sendiri didefinisikan dalam besaran kuantitatif
sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu,
dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau
lebih zat untuk membentuk dispersin molekuler homogen. Secara khusus, kelarutan
obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut U.S. Pharmacopeia and National Formulary, definisi kelarutan obat
adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 garm zat terlarut. Kelarutan
secara kuantitatif juga dinyatakan dalam molalitas, molaritas, dan presentase.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk
jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Prinsip
kelarutan semu yaitu dimana prinsip like
dissolves like adalah senyawa polar akan larut pada senyawa polar dan
sebaliknya senywa non polar akan larut pada senyawa non polar saja.
Kelarutan
suatu zat (dalam hal ini obat) dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah pH. Banyak obat-obat penting yang termasuk ke dalam kelompok asam lemah
dan basa lemah. Obat-obat ini bereaksi dengan asam lemah dan basa kuat serta
dalam jarak pH tertentu berada sebagai ion yang biasanya larut dalam air.
Secara teori, jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun akan meningkat, karena
selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan
(kelarutan intrinsic) juga terlarut obat yang berbentuk ion
Asam
Benzoat (benzoic acid) adalah suatu senyawa kimia dengan rumus C6H5COOH
. Produk ini merupakan bahan kimia yang berupa asam organik padat berbentuk
kristal putih, mudah terbakar, larut dalam alkohol, ether, mudah menguap, dan
mudah meledak. Asam benzoat dengan nama dagang benzenecarboxylic acid atau
carboxybenzene merupakan carboxylic acid aromatik yang paling sederhana.
Biasanya Asam benzoat digunakan sebagai pengawet makanan dan minuman. Asam
benzoat disebut juga senyawa antimikroba karena tujuan penggunaan zat pengawet
ini adalah untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri terutama untuk makanan
yang telah dibuka dari kemasannya. Asam benzoat secara alami terdapat dalam
rempah-rempah, seperti cengkeh dan kayu manis.
Penentuan
kelarutan asam benzoate ini menggunakan larutan buffer atau dapar, yang
berfungsi sebagai senyawa-senyawa atau
campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit
asam atau sedikit basa. Peniadaan perubahan pH tersebut dikenal dengan aksi dapar. Karena larutan dapar
tersebut dapat mempertahankan pH sehingga dapat digunakan untuk menentukan
kelarutan semu zat tersebut.
Percobaan
kali ini digunakan metode gravimetri. Gravimetri merupakan cara pemeriksaan
jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara
pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaaan itu jelas kelihatan karena dalam gravimetri
jumlah zat ditentukan dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari
zat-zat lain. Pada pH 4 diperoleh data pengamatan dimana masa asam benzoate yaitu
-0.55 g, kelarutan intrinsiknya 0,450 g, kelarutan semunya 0,126 g. Untuk pH 5
diperoleh data pengamatan yaitu masa asam benzoate -0,42 M. Kelarutan
intrinsiknya 0,344 M, kelarutan semunya 0,313 M. Untuk pH 5.6 diperoleh data
pengamatan yauti masa asam benzoate -1,18 M, kelarutan intrnsiknya 0,967 M,
dan kelarutan semunya 1,111683 M.
Berdasarkan
data pengamatan diperoleh bahwa perubahan pH berbanding
lurus dengan kelarutan semu-nya. Maksudnya ialah, semakin meningkat nilai pH
suatu larutan, maka semakin besar juga kelarutan semu zat tersebut. Hal ini
dapat dilihat pada grafik pH yang berbanding
lurus dengan kelarutan semunya.
G. Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, dapat dikesimpulkan bahwa pH mempengaruhi
kelarutan asam benzoate (asam lemah), di mana semakin tinggi nilai pH, maka
semakin tinggi pula nilai kelarutan asam benzoate nya (asam lemah).
DAFTAR PUSTAKA
Ansar. 2011.Optimasai Gaya Formula
Tekanan Terhdap Tekstur dan Kelarutan Tablet Evervescen Buah Markisa. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 12. No. 2.
Erindiyah, Anita
sukmawati. 2005. Peningkatan Kelarutan Pentagamavunon-1 Melalui Pembentukan
Kompleks dengan Polivinilpirolidon. Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi. Vol.
6. No 2.
Manab, Abdul. 2009.
Pengaruh Edibel Film Protein Whwy Mengandung Asam Benzoat dan Propinoat
Terhadap Total Plate Count, Coliform dan Keju Gouda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol. 4. No. 2.
Siaka IM. 2009.
Analisis Bahan Pengawet Benzoat Pada Saos Tomat Yang Beredar Di Wilayah Kota
Denpasar. Jurnal Kimia 3. Vol. 2. No. 1.
Wahyuni, T, I., 2012. Laporan Kimia Fisika.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar