PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON
DENGAN VISKOMETER OSTWALD
A.
TUJUAN
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah :
1.
Mempelajari cara penentuan viskositas
larutan Newton dengan viskosimeter Ostwald.
2.
Mempelajari pengaruh jenis larutan terhadap viskositas
larutan.
B.
LANDASAN
TEORI
Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan dalam suatu fluida. Viskositas
terdapat pada zat cair maupun gas, dan intinya pada gerakan merupakan gaya
gesekan-gesekan antara lapisan yang bersisian pada fluida antara lapisan- lapisan
tersebut bergerak saat melewati yang lainnya. Pada viskositas gas, viskositas
muncul dari tumbukan antar molekul. Pada zat cair, viskositas terutama
disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul. Fluida yang berbeda memiliki besar
viskositas yang berbeda, dan zat cair umumnya lebih kental dari gas. Sifat yang
disebut viskositas fluida merupakan ukuran sebuah ketahanan fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk fluida. Viskositas suatu gas bertambah dengan
naiknya temperatur, karena makin
besarnya suatu molekuler ketika temperatur meningkat. Sedangkan pada zat cair,
jarak antar molekul lebih kecil dibanding pada gas, sehingga kohesi molekuler
kuat sekali. Peningkatan temperatur meningkatkan kohesi molekuler dan
diwujudkan dengan berkurangnya viskositas fluida. Viskometer merupakan alat
untuk mengukur suatu fluida. Model viskometer yang digunakan biasanya berupa
viskometer bola jatuh dan viskometer
rotasi silinder bersumbuh (Maulida, 2010).
Kekentalan
merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.
Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir
secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti air, alkohol dan bensin
mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti
gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas
tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Pengukuran viskositas
yang tepat dengan cara persamaan Poiseuille biasanya sulit dicapai. Hal
ini disebabkan harga r dan l sukar ditentukan secara tepat.
Kesalahan pengukuran terutama r, sangat besar pengaruhnya karena harga
ini dipangkatkan empat. Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya
digunakan suatu cairan pembanding. Cairan yang paling sering digunakan adalah
air . Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama. Jadi,
bila h dan r cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu
yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat
ditentukan h cairan yang sudah diketahui rapatannya (Sutiah, 2008).
Gliserol adalah
senyawa kimia yang biasa disebut gliserin. Gliserol adalah gula alkohol,
tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis, tidak beracun, cairan yang viskos yang
banyak digunakan sebagai formula-formula di segala bidang. Gliserol mempunyai
tiga gugus alkohol yang sangat mudah larut dalam air. Gliserol merupakan produk
samping dari suatu reaksi transestrifikasi minyak. Minyak bereaksi dengan
alkohol membentuk gliserol dan methyl ester. Reaksi ini disebut
reaksi transesterifikasi. Methyl ester disebut sebagai fatty acid
methyl ester (FAME) atau biodiesel, sedang gliserol yang dihasilkan
adalah produk samping yang masih dapat dipasarkan. Pada makanan dan
minuman, gliserol dihidangkan sebagai sebuah humectant (senyawa
higroskopis), pelarut dan pemanis, pengawet makanan, bahan pembuat
makanan rendah kalori, bahan pengental cairan, pengganti gula. Dapat
pula digunakan sebagai anti beku untuk tanaman (Qadariah, 2009).
Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang
dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas
dispersi kolodial dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase dispers.
Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem dispersi dengan viskositas
rendah, sedang sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier
viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan
refleksi derajat solvasi dari partikel (Moechtar,1990. Hal : 178).
Cara menentukan viskositas suatu zat digunakan alat
yang disebut viskometer, yang terdiri atas:
1.
Viskometer kapiler / Ostwald. Caranya yaitu viskositas
dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan
bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji, dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan suatu zat
yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk
lewat 2 tanda tersebut.
2.
Viskometer Hoppler, berdasarkan
hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan
sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya
adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung gelas yang
berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan
fungsi dari harga resiprok sampel.
3.
Viskometer Cup dan Bob, prinsip
kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara
dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup
dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan
viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkan geseran yang tinggi di sepanjang keliling bagian tube
sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini
menyebabkan bagian tengah zat yang
ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat.
4.
Viskometer Cone dan Plate, cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan
ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di
bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan
yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).
Menurut Newton hubungan antara gaya-gaya suatu
aliran viskositas adalah sebagai geseran
dalam (viskositas) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan
tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan
geser (σ) dengan kecepatan gesernya (γ) konstan. Parameter inilah yang disebut
dengan viskositas. Pada fluida Newtonian perbandingan antara besaran kecepatan
geser dan tegangan geser adalah konstan (Febrianto, 2013).
Hukum viskositas Newton tidak
memprediksi tegangan geser di dalam semua fluida. Fluida-fluida diklasifikasikn
sebagai newtonian atau non newtonian, tergantung pada hubungan antara tegangan
geser dan laju regangan geser (Welty. 2004. Hal 91).
Fluida yang mengencer akibat
geseran viskositas nyatanya berkurang dengan meningkatnya laju geseran semakin
kuat fluida mengalami geseran maka fluida tersebut semakin encer (viskositas
berkurang). Kebanyakan suspensi koloid dan larutan polimer adalah fluida yang
termaksud golongan ini (Munson. 2003. Hal: 112).
C.
ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
Alat
yang digunakan pada percobaan ini yaitu
:
-
Viskosimeter Ostwald
-
Filler
-
Pipet tetes
-
Piknometer 10ml
-
Botol Semprot
-
Timbangan Analitik
-
Stopwatch
-
Statif
dan klem
-
Corong
2. Bahan
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini yaitu
:
-
Akuades
-
Gliserol 75%
-
Etanol
96%
D.
PROSEDUR KERJA
1.
Akuades
|
-
Dipipet sebanyak 15 mL
-
Dimasukkan dalam viskosimeter Ostwald
-
Diisap sampai garis m (garis atas)
-
Dibiarkan mengalir sampai garis n (garis bawah)
-
Dicatat waktu alirnya
-
Dilakukan triplo
-
Dihitung ɳ-nya
-
Diulangi dengan menggunakan larutan
gliserol 75% dan etanol 96%
Hasil Pengamatan...?
2. Bobot
Jenis Larutan (Densitas)
Akuades
|
-
Dimasukkan dalam piknometer yang telah
diketahui massanya
-
Ditimbang massanya
-
Diulangi hal yang sama untuk gliserol 75 % dan etanol 96%
-
Ditentukan
masa jenisnya
Hasil Pengamatan...?
E.
HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan
No
|
Nama Zat
|
Massa jenis
(g/cm3)
|
t1
(s)
|
t2
(s)
|
t3
(s)
|
Waktu (s)
|
Viskositas (N/m2s)
|
1
|
Air
|
1,005
|
8
|
9
|
9
|
8,66
|
0,8705 x 10-3
|
2
|
Gliserin 75%
|
1,191
|
98
|
100
|
98
|
98,66
|
11,75 x 10-3
|
3
|
Etanol 96%
|
0,865
|
17
|
17
|
17
|
17
|
1,461 x 10-3
|
2. Perhitungan
-
Air
Bobot jenis
=
= 1,005 g/cm3
Viskositas
=
=
.
=
0,8705. 10-3 N/m2s
.
= 0,8705 x 10-3 N/m2s
-
Gliserin 75%
Bobot jenis
=
= 1,191 g/cm3
Viskositas
=
=
.
=
0,8705 . 10-3 N/m2s
.
= 0,8705 . 10-3 N/m2s x 13,50
= 11,75 x 10-3 N/m2s
-
Etanol 96%
Bobot jenis
=
= 0,865
g/cm3
Viskositas
=
=
.
=
0,8705. 10-3 N/m2s
.
= 0,8705. 10-3 N/m2s x 1,913
= 1,665 . 10-3 N/m2s
F. PEMBAHASAN
Viskositas (kekentalan) berasal dari kata
viskos. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis
cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang
rendah, dan sebaliknya bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas
yang tinggi. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tekanan
temeperatur, ukuran dan berat molekul, serta kehadiran zat lain. Viskositas
cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi
oleh tekanan. Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas
gas naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya
memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar
molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan
temperatur. Selain itu, viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya
laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan
kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada
minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan
turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya semakin
cepat.
Viskositas juga dapat dinyatakan sebagai tahanan yang
merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu
jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang
rendah, dan sebaliknya bahan – bahan yang distribusi kecepatan sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton
menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos
sebagai Geseran
dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan
sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida
Newton, dimana perbandingan antara tegangan geser dengan kecepatan gesernya
konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat
digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara
kedua bidang tersebut.
Percobaan kali ini untuk mengukur viskositas larutan
Newton glisrin 75% dan etanol 96%
, menggunakan viskometer Ostwald dan pengukuran kecepatan dengan menggunakan piknometer
10 ml. Metode pengukuran dengan viskositas dengan metode ostwald yaitu cairan
dilewatkan melalui suatu kapiler dengan penjagaan tekanan udara pada tekanan
konstan. Ada tanda pada atas dan dasar pada bulatan pipa dan waktu yang
dibutuhkan untuk cairan mengalir dari tanda atas ke tanda bawah yang mana waktu
alirnya dicatat. Dimana sejumlah tertentu cairan dipipet 15 ml ke dalam
viskometer. Cairan kemudian diisap melalui labu pengukur dari viskosimeter
sampai permukaan cairan lebih timggi dari batas atas cairan dibiarkan turun.
Ketika cairan melewati batas atas, stopwach dihidupkan dan ketika cairan
melewati batas bawah, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan yang
melewati jarak antara batas atas dan batas bawah dapat ditentukan.
Besarnya waktu yang diperlukan oleh suatu cairan gliserin
untuk mengalir dari batas atas dan batas bawah dapat menentukan seberapa besar
viskositas suatu caian atau fluida. Secara teori semakin lama waktu yang
diperlukan untuk mengalirnya suatu fluida dari batas atas ke batas bawah, maka
semakin besar pula nilai viskositas suatu cairan.
Percobaan kali ini dilakukan pengukuran
viskositas terhadap akuades dan larutan gliserin 75% dan etanol 96%, serta pengukuran
densitas atau bobot
jenis kedua sampel tersebut. Pada pengukuran viskositas digunakan alat
viskosimeter Ostwald,
dengan alat ini viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur
waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia
mengalir karena gravitasi melalui viskometer ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya akuades)
untuk melewati 2 tanda tersebut.
Perlakuan
pertama dimulai dengan menentukan bobot jenis akuades untuk mengetahui hubungan bobot jenis degan
viskositas, dengan memakai piknometer yaitu bobot
piknometer berisi air dikurangkan dengan berat piknometer kosong sehingga
diketahui bobot jenis air dan dilakukan pada larutan uji lainnya. Penentuan
bobot jenis larutan juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh densitas terhadap
viskositas larutan. Diperoleh bobot jenis akuades sebesar 1,005 g/cm3, bobot jenis gliserin 75% sebesar 1,191 g/cm3,
bobot jenis etanol 96% sebesar 0,865 g/cm3.
Perlakuan berikutnya dilakukan dengan memasukkan akuades ke dalam
viskometer Ostwald
dan di ulang perlakuan tersebut untuk gliserin 75% dan etanol 96%. Prinsip kerja viskosimeter Ostwald adalah mengukur waktu yang
diperlukan larutan untuk mengalir diantara batas atas sampai batas bawah.
Viskositas gliserin dapat ditentukan dengan menghitung persamaan
yang melibatkan waktu alir yang diperlukan oleh gliserol untuk melewati pipa
kapiler, dan dibandingkan dengan sampel standar. Metode ini digunakan untuk
menentukan viskositas karena perbandingan viskositas gliserin 75%, etanol 96% dan akuades, sebanding
dengan waktu pengaliran t dan t0 setelah dikoreksi untuk
perbedaan rapatan ρ dan ρ0. Berdasarkan perhitungan, diperoleh
viskositas akuades adalah 0,8705 x 10-3 N/m2s, viskositas etanol 96%
adalah 11,75 x 10-3 N/m2s dan viskositas
gliserin 75% adalah 1,461 x 10-3 N/m2s.
Menurut teori, semakin lama waktu alir suatu
fluida maka semakin tinggi viskositas fluida tersebut. Hal ini sesuai dengan
hasil pengamatan dimana gliserin 75% yang memiliki waktu alir yang lebih lama
dan memiliki viskositas yang lebih tinggi, dibandingkan dengan etanol 96% yang
memiliki waktu alir yang cepat. Hal ini didasarkan pada berat molekul dari
setiap fluida tersebut. Berat molekul
gliserin lebih besar dibanding berat molekul etanol dan akuades, dimana semakin
tinggi berat molekul maka semakin tinggi viskositas suatu fluida dan viskositas akan naik dengan naiknya berat molekul, serta
bentuk molekul dimana viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
Begitu pula dengan masa jenis, masa jenis gliserin lebih besar dibandingkan
dengan etanol dan akuades, sehingga viskositas gliserin menjadi lebih besar.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi dalam penentuan viskositas
dapat diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta,
penyalut tablet dan lain-lan. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat
mempengaruhi penerimaan obat di dalam tubuh sehingga viskositas terbukti dapat
mempengaruhi laju absopsi obat di dalam tubuh.
G. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Viskositas larutan newton dapat ditentukan
dengan menggunakan viskometer ostwald yaitu dengan cara mengukur waktu yang
diperlukan suatu larutan newton untuk mengalir karena adanya gaya gravitasi, sehingga
dapat melewati batas atas dan batas bawah dari viskometer ostwald.
2. Pengaruh
jenis
larutan
berbanding lurus terhadap viskositas larutan newton.
DAFTAR PUSTAKA
Febrianto.T., Edi.S.S., Sunarno . 2013. “Rancangan Bangun
Alat Uji Kelayakan Pelumas Kendaraan Bermotor Berbasis Mikrokotrarel” . Jurnal Fisika. Vol. 2(1). Hal. 1-2.
Maulida, HR, dkk. Analisis Karakteristik Pengaruh Suhu Dan Kontaminan
Terhadap Viskositas Oli Yang Menggunakan Rotaraty Viskometer. Jurnal Neutrino. Vol 3. No 1.
Moechtar, 1990, Farmasi Fisik, UGM-press: Yogyakarta.Hal: 178.
Munson.B.R., dkk.
2003. Mekanika Fluida. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Sutiah, dkk. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng Dengan Parameter Viskositas Dan Indeks Bias.
Berkala
Fisika. Vol 11. No 2.
ISSN : 1410 – 9662.
Vol.13 (3). Hal 1-2.
Qadariah, L., dkk. 2009. Konversi Gliserol Dengan
Gelombang Mikro Secara Batch. Jurnal
Teknik Kimia. Vol 4. No 1.
Welty.J.R.dkk.
2002. Dasar-Dasar Fenomena Transport.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar