BROMATOMETRI
A. Tujuan
Mahasiswa mampu menetapkan kadar senyawa
obat yang dapat bereaksi dengan adanya brom berlebihan (titrasi tidak
langsung).
B. Landasan
Teori
Metabolisme
berlangsung di hati, dengan cara hidrolisa oleh enzim esterase menjadi asam
salisilat dan asam asetat, suatu konjugat yang larut dalam air dan dengan cepat
diekskresi melalui ginjal. Plasma Protein Binding 50 - 80%. Salisilat banyak
dijumpai sebagai salah satu komponen dalam sediaan obat flu antara lain
digunakan sebagai efek analgesik-antipiretik dan dapat dijumpai dalam bentuk
preparat topikal karena mempunyai efek keratolitik dan keratoplastik. Salisilat
menyebabkan efek toksik yang bervariasi, dari intoksikasi sedang sampai berat.
Gejala intoksikasi salisilat bergantung pada penggunaan akut atau kronik.
Biasanya intoksikasi terjadi pada pemberian dosis besar yang berulangkali.
Gejala-gejala intoksikasi salisilat disebabkan oleh perangsangan pusat
pernafas-an sehingga timbul hiper-ventilasi, respirasi alkalosis, asidosis
metabolik dan dehidrasi. Terganggunya proses oksi-dasi fosforilasi intraseluler
dan metabolisme glukosa dan asam lemak terganggu. Perubahan integritas kapiler
yang dapat menyebabkan terjadinya edem otak dan pulmonal . Terganggunya fungsi
platelet dan menyebabkan perpan-jangan waktu protombin (Darsono, 2002).
Asam
salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungisidal dan
bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja keratolitissehingga digunakan
dalam sediaan obat luar terhadap
infeksi jamur yang ringan.. Asam salisilat bersifat sukar larut dalam air.
Apabila asam salisilat diformulasikan sebagai sediaan topikal, maka pemilihan
dasar salep merupakan hal yang sangat penting, yang akan menentukan efek terapi
asam salisilat. Dasar salep yang digunakan dalam suatu sediaan, dapat
mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari sediaan salep. Apabila bahan obat tidak
dapat dilepaskan dari pembawanya, maka obat tersebut tidak dapat bekerja secara
efektif. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi penetrasi suatu obat ke dalam
kulit di antaranya adalah konsentrasi obat terlarut, koefisien partisi dan
koefisien difusi Bahan obat yang
terlarut yang diikat longgar oleh pembawanya (pembawa mempunyai afinitas yang
rendah terhadap obat/zat terlarut) menunjukkan koefisien aktivitas yang tinggi
sehingga laju pelepasan obat tersebut tinggi (Astuti, 2007).
Dalam titrasi, indikator yang digunakan
harus memberikan perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen
titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih jatuh pada kisaran
perubahan pH indikator tersebut menyebutkan bila suatu indikator digunakan
untuk menunjuk-kan titik akhir titrasi, maka : Indikator harus berubah warna
tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan titrat. Perubahan
warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak ada keraguan-keraguan
tentang kapan titrasi harus dihentikan. Reaksi titrasi yang akan dilakukan
untuk membuktikan bahwa suatu larutan dapat digunakan sebagai indikator dalam
menunjukkan titik akhir titrasi adalah titrasi basa kuat dengan asam kuat dan
titrasi basa lemah dengan asam kuat (Harjanti, 2008).
Bilangan
Iod, sejumlah berat tertentu biodiesel direaksikan dengan I2 dan KI, kemudian
ditutup rapat dan didiamkan sambil sesekali digoyang. Campuran kemudian
dititrasi dengan natrium tiosulfat yang telah dibakukan dengan kalium bikromat,
dengan indikator amilum, sampai warna biru hilang. Dengan cara yang sama
dilakukan titrasi blangko (tanpa biodiesel) dengan natrium tiosulfat. Selisih
tiosulfat yang digunakan blanko dan sampel mencerminkan jumlah iodin yang
bereaksi dengan biodiesel (Suirta, 2009).
Bromatometri
merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion bromat
(BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini
menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup
tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan
dalam lingkungan asam kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam
larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat, dan bromin
yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat, warna ini
sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Metode
bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode
ini dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam
bentuk trivalent walaupun tercampur dengan stanum valensi empat (Astrid, 2012).
C. Alat
dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini
yaitu:
-
Erlenmeyer
-
Gelas kimia
-
Statif dan Klem
-
Buret
-
Gelas ukur
-
Filler
-
Pipet tetes
-
Corong
-
Batang pengaduk
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini
yaitu:
-
Salicyl
-
Aquades
-
Asam Salisilat
-
KBr
-
HCl pekat
-
KI
-
Indikator Kanji
-
Na2S2O3
3. Uraian
Bahan
-
Asam Borat (Dirjen POM, 1979 : 49)
Nama resmi : Acidum boricum
Nama lain : Asam borat
RM/BM : H3BO3
/61,83
Pemerian : Serbuk hablur, putih, atau sisik mengkilap, tidak
berwarna,
kasar, tidak berbau, rasa agak asam,
dan
pahit kemudian manis
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3
bagian air
mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kandungan : Mengandung tidak
kurang dari 99,5% H3BO3
Khasiat : Antiseptikum
ekstern
Kegunaan : Sebagai sampel
-
Air suling (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi :
Aqua Destilata
Nama latin :
Aquades / air suling
RM/BM :
H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
-
Asam Klorida (Dirjen POM, 1979 : 53)
Nama Resmi :
ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama
Lain : Asam klorida
RM
: HCl
BM :
36,46
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau merangsang,
jika diencerkan dengan 2 bagian air, berasap
dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
K/P
: Zat tambahan
-
Larutan kanji (Dirjen POM,
1979 : 762)
Nama resmi : Starch
Nama lain : Amilum / pati /
kanji
Pemerian : Serbuk putih,
hablur
Kelarutan : Larut dalam air panas, membentuk atau meng-
Hasilkan larutan agak keruh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Kegunaan : Sebagai indicator
-
Kalium Iodida (Dirjen POM, 1979 : 330)
Nama resmi : Kalii iodidum
Nama Lain : Kalium iodida
RM/BM : KI / 166,00
Pemerian :Hablur heksahedral, transparan
atau tidak berwarna, opak dan putih, atau serbuk butiran
putih. Higroskopik.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, lanih mudah larut dalam air mendidih, larut dalam
etanol 95 % P, mudah larut dalam gliserol P.
Khasiat : Anti jamur
Kegunaan : Sebagai reduktor yang melepaskan I2
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
-
Natrium Tiosulfat (Dirjen POM, 1979 : 428)
Nama resmi :
NATRI THIOSULFAS
Nama lain :
Natrium tiosulfat/hipo
RM :
Na2S2O3 .5H2O
BM :
248,17
Pemerian :
Hablur besar tidak berwarna /serbuk hablur kasar. Dalam lembab meleleh basah,
dalam hampa udara merapuh.
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis
tidak larut dalam etanol
Kegunaan
: Sebagai penitrasi
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat.
-
Kalli Bromidum (Dirjen POM, 1979 : 523)
Nama resmi : Kalli bromidum
Nama lain : Kalium bromide
RM/BM : KBr/119,01
Pemerian
: Hablur tidak berwarna, transparan atau buram atau serbuk butir,
tidak berbau, rasa asin dan agak pahit.
Kelarutan
: Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan dalam lebih kurang 200 bagian
etanol (90%) P
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
D. Prosedur
Kerja
Asam Salisilat
|
-
Ditimbang 0,04 g
-
Ditambahkan larutan KBr 5 ml
-
Ditambahkan larutan HCl pekat 5 ml
-
Dipanas kan selama 15 menit
-
Ditambahkan larutan KI 5 ml
-
Ditambahkan larutan kanji 3 pipet
-
Dititrasi dengan Na2S2O3
-
Diulangi prosedut di atas untuk akuades
dan Bedak Salisyl
Hasil Pengamatan…?
E. Hasil
Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
NO
|
PERLAKUAN
|
HASIL
|
1.
|
asam salisilat 0.04 gram + KBr 5
ml + HCl pekat 5 ml + KI 5 ml + 3
pipet larutan kanji
Dititrasi
dengan Na2S2O3
|
Biru pekat dan kembali bening setelah dititrasi
V=
0,5 ml
|
2.
|
Akuades 5 ml + KBr 5 ml + HCl
pekat 5 ml + KI 5 ml + 3 pipet larutan
kanji
Dititrasi
dengan Na2S2O3
|
Biru pekat dan kembali bening setelah dititrasi
V=
0,4 ml
|
3.
|
Bedak salicyl 0.04 gram + KBr 5
ml + HCl pekat 5 ml + KI 5 ml + 3
pipet larutan kanji
Dititrasi
dengan Na2S2O3
|
Biru pekat dan kembali bening setelah dititrasi
V=
0,5 ml
|
2. Perhitungan
-
Penentuan Asam Salisilat
Dik : V Asam salisilat = 0,4 ml
V Akuades = 1 ml
( Asam salisilat)
V
Bedak salicyl = 0,5 ml
BE = 2,302 mg
Dit : Kadar Asam
salisilat dan Kadar bedak salicyl… ?
Penye:
Kadar Asam Salisilat = (V.
Tio blanko – V tio sampel) x N tio x BE x 100%
mg
Asam salisilat
= (0,4 – 0,5 ) x 0,1 x 2,302 x 100 %
40
mg
=
- 57,55 %
Kadar
Bedak salicyl = (V. Tio blanko – V
tio sampel) x N tio x BE x 100%
mg
Asam salisilat
= (0,4 – 0,5 ) x 0,1 x 2,302
x 100 %
40
mg
= - 57,55 %
F. Pembahasan
Titrasi
bromometri dan bromatometri adalah salah satu metodetitrasi yang didasarkan
pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa
jika dibandingkan dengan metode lain.Alasan dipilihnya metode ini karena
perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak banyak
masalah dan mudah. Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar
reaksi oksidasi dari ion Bromat (BrO3). Metode Titrasi langsung dan tidak
langsung dalam bromometri dan bromatometri terutama digunakan untuk menetapkan
senyawa organic aromatis seperti misalnya, fenol-fenol, asam salisilat,
resorsinol, perakklorfenol, dan sebagainya dengan membentuk tribrom sustitusi.
Metode ini juga digunakan untuk senyawa arsen, dan stibiumdalam bentuk trivalen
walaupun bercampur dengan stanium valensi empat. Bromatometri
merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi oksidasi dari ion
bromat (BrO3) reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen sama dengan
1/6 gram molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karenakepekatan ion H+
berpengharuh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromide. Jika
reaksi antara senyawa reduktor dan bromine dalam lingkungan asam berjalan
cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung, dimana titik akhir titrasi
ditunjukkan denghan munculnya warna bromine dalam larutan. Tetapi jika reaksi
antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan lambat, maka dilakukan
titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan bromine yang berlebih
dan bromine yang berlebih ini ditetapkan secara iodometri dengan dititrasi
dengan natrium tiosulfat baku.
Percobaan ini
menggunakan asam salisilat sebanyak 0,04 gr dan bedak
salicyl
sebanyak 0,04 gr. Sampel kemudian dilarutkan dengan kalium
bromat sebanyak 30 ml sebagai oksidatornya. Selanjutnya,
larutan ditambahkan dengan HCl pekat sebanyak
5 ml. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk memberikan suasana asam agar bromin dapat terbebas.
Ketika asam klorida pekat ditambahkan, maka brom akan dibebaskan dan ditambahkan larutan kalium iodida sebanyak 5 ml. Bromine yang dilepaskan akan
merubah larutan menjadi warnakuning pucat. Warna ini sangat lemah sehingga
tidak mudah untukmenetapkan titik akhir. Bromine yang dilepaskan tidak stabil
karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah menguap. Karena itu
penetapan harus dilakukan pada suhu serendah mungkin, serta labu yang dipakai
harus ditutup. Sehingga penambahan kalium iodida bertujuan untuk
mengubah brom menjadi iodium. Penetapan kadar sampel KI
berdasarkan metode bromatometri dengan melakukan titrasi dalam suasana asam
menggunakan HCl sebagai asam kuat dan KBrO3 0,1 N sebagai titran,
serta larutan pati sebagai indikatornya. Titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna biru menjadi jernih. Percobaan yang
terlah dilakukan ini merupakan salah satu jenis dari titrasi tidak langsung,
sebab larutan tidak dapat langsung dititrasi dengan natrium tiosulfat. Titrasi
dapat dilakukan dengan adanya brom berlebih. Adanya brom tidak langsung
dititrasi dengan natrium tiosulfat dikarenakan perbedaan potensialnya yang
sangat besar, akibatnya jika brom langsung dititrasi dengan natrium tiosulfat
maka yang dihasilkan tidak hanya tetraionat (S4O62-)
tetapi juga sulfat (SO42-) bahkan mungkin sulfida yang
berupa endapan kuning.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan ternyata
gagal diperoleh kadar asam salisilat dan bedak salicyl adalah -57,55 %. Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh bahan-bahan yang digunakan sudah terkontaminasi, kesalahan dalam
penimbangan bahan, kesalahan dalam proses titrasi dan kesalahan lainnya yang
dilakukan pada saat praktikum.
Dalam bidang farmasi metode penetapan kadar
dengan titrasi bromatometri sangat penting karena senyawa-senyawa oba tatau
sediaan farmasi lain khususnya yang mengandung senyawa organikaromatis perlu
diketahui kadarnya agar dapat diperoleh mutu dan kualitasdari sediaan farmasi
tersebut.
G.
Kesimpulan
Kesimpulan
pada percobaan ini diperoleh kadar asam
salisilat pada bedak salicyl sebanyak -57,55 % dan kadar asam salisilat pada
asam salisilat serbuk sebanyak -57,55 %.
DAFTAR
PUSTAKA
Astrid. 2012. Laporan Bromatometri.http://lap-bromatometri.blogspot.com.
Astuti, Yuni Ika., Iskandar Sudirman., Umi Hidayati.
2007. Pengaruh Konsentrasi Adeps Lanae dalam Dasar Salep Cold Cream Terhaap
Pelepasan Asam Salisilat. Pharmacy. Vol. 5 (1).
Darsono,
L. 2002. Diagnosis Dan Terapi Intoksikasi Salisilat Dan Parasetamol.
JKM. Vol. 2 (1).
Harjayanti. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit
dan Pemakaiannya sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa
Proses. Vol2(2).
Suirta, I W. 2009. Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit.
Jurnal Kimia. Vol. 3 (1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar