NORIT
SEBAGAI ADSORBEN
A.
TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini yaitu mengkaji
proses adsorpsi menggunakan norit.
B.
LANDASAN
TEORI
Adsorpsi
merupakan suatu fenomena permukaan
dengan terjadinya akumulasi suatu spesies pada batas permukaan padatan-fluida.
Adsorpsi dapat terjadi karena gaya tarik menarik secara elektrostatis maupun
gaya tarik menarik yang diperbesar dengan ikatan koordinasi hidrogen atau
ikatan Van der Waals. Adsorpsi secara fisika (physorption)
terjadi jika adsorbat dan permukaan adsorben berikatan hanya dengan ikatan Van
der Waals. Molekul adsorbat terikat lemah dan panas adsorpsinya
rendah. Adsorpsi secara kimiawi (chemisorption)
terjadi jika molekul adsorbat terikat dengan suatu reaksi kimia dengan
permukaan adsorben. Karena adanya ikatan kimia yang terputus dan terbentuk
selama proses, maka panas adsorpsinya hampir sama dengan panas reaksi kimia.
Hubungan antara jumlah adsorbat yang terjerap dengan konsentrasi adsorbat dalam
larutan pada keadaan kesetimbangan dan suhu tetap dapat dinyatakan dengan
isoterm adsorpsi (Sembodo, 2005).
Adsorpsi
adalah dasar dari banyak metode kromatografi yang memberikan sarana-sarana siap
pakaiuntuk mengisolasi senyawa-senyawa yang mempunyai arti penting dalam proses
biokimiawi. Penyerapan dan elusi terjadi dibawah kondisi-kondisi yang tepat dan
terkendali, misalnya pH dan kekuatan ionik (Makfoel, 2002).
Adsorpsi adalah
pengambilan kom-ponen dari
gas atau cairan
dengan penjerapan oleh suatu
padatan. Pada penjerapan, zat
yang diserap menempel pada
permukaan padatan, tidak
sampai ke dalam padatan.
Kapasitas adsorpsi ini biasanya
kecil, tetapi bisa
mengambil komponen-komponen
yang jumlahnya sangat kecil
(traces) dari gas
atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa
berupa ikatan fisis
ataupun ikatan kimia. Proses
ion- exchange dapat pula
digolongkan ke dalam
adsorpsi kimiawi. Pada adsorpsi,
permukaan penjerap bukan hanya
permukaan padatan saja,
tetapi juga permukaan pori-pori
padatan. Oleh karena itu,
dalam adsorpsi terjadi
proses perpindahan massa dan
penjerapan di permukaan (fisis
atau kimiawi) (Sediwan, 2000).
Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu permukaan zat lain
yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat menyerap zat lain
disebut adsorben. Adsorpsi atau penyerapan berbeda dengan absorpsi atau
penyerapan, sebab pada proses absorpsi zat yang terserap menembus ke dalam zat
penyerap. Secara kimia absorpsi adalah masuknya gas ke dalam padatan atau
larutan, atau masuknya cairan ke dalam padatan. Sedangkan secara fisika,
absorpsi adalah perubahan energi radiasi elektromagnetik, bunyi, berkas partikel,
dan lain-lain ke dalam bentuk energi lain jika dilewatkan pada suatu medium.
Bila foton diserap akan terjadi suatu peralihan ke keadan tereksitasi. Absorpsi umumnya
menggunakan bahan absorben dari karbon aktif. Pemakaiannya dengan cara
membubuhkan karbon aktif bubuk ke dalam air olahan atau dengan cara menyalukan
air melalui saringan yang medianya terbuat dari karbon aktif (Kusnaedi, 2005).
Adanya selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai
untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang
mengandung bahan lain yang berkonsentrasi tinggi. Kecepatan
adsorpsi tidak hanya tergantung pada perbedaan konsentrasi dan pada luas
permukaan adsorben, melainkan juga pada suhu, tekanan (untuk gas), ukuran
partikel dan porositas adsorben. Juga tergantung pada ukuran molekul bahan yang
akan diadsorpsi dan pada viskositas campuran yang akan dipisahkan (cairan, gas)
(Endahwati, 2009).
Karbon aktif
adalah bubuk hitam berpori yang sangat halus dengan begitu banyak daerah
permukaan dibandingkan dengan beratnya (1000 m2/g). Karbon aktif
mengikat banyak obat dan 10 g karbon akan mengabsorpsi sekitar 1 g obat. Karbon
tidak mengabsorpsi besi, litium, agen korosif, atau pelarut organik. Karbon
dikontraindikasikan pada pasien dengan jalan napas tidak terlindungi (misalnya
pasien mengantuk atau koma) karena terdapat risiko aspirasi paru (Neal, 2006).
Karbon
aktif dapat berbentuk serbuk dan butiran yang merupakan suatu senyawa karbon
yang mempunyai ciri-ciri khas berupa permukaan pori yang luas dan dalam jumlah
yang banyak. Karbon aktif dengan luas permukaan yang besar dapat digunakan
untuk berbagai aplikasi, diantaranya sebagai penghilang warna, penghilang rasa,
penghilang bau dan agen pemurni dalam industri makanan. Selain itu juga banyak digunakan
dalam proses pemurnian air baik dalam proses produksi air minum maupun dalam
penanganan limbah (Apriani, 2013).
Adsorben
karbon aktif, meningkatkan daya serap dan memaksimalkan potensi karbon aktif
sebagai adsorben gas.Bahan pengaktif berfungsi mengikat senyawa-senyawa
pengotor bukan karbon yang menyebabkan pori pada karbon akan semakin
terbuka. Pada aktivasi kimia, karbon
hasil proses karbonsasi diubah dari karbon yang memiliki daya serap rendah
menjadi karbon yang memiliki daya serap tinggi. Selain itu proses aktivasi
akanmemperkecil rerata jari pori dan
memperbesar luas permukaan,
serta memperoleh karbon yang
berpori diharapkan nantinya adsorben
yang dihasilkan dapat menyerap gas pengotor dalam biogas terutama gas CO2,
sehingga dengan diserapnya gas CO2
maka kadar CH4
dalambiogas akan meningkat
(Widyastuti, 2013).
C.
ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
Alat
yang digunakan dala percobaan ini yaitu:
-
Batang pengaduk
-
Corong pisah
-
Erlenmeyer 125 mL
-
Gelas kimia 200 mL
-
Cawan porselin
-
Kuvet
-
Labu takar 50 mL
-
Lumpang dan alu
-
Pipet ukur 5 mL
-
Spatula
-
Spektronik 20D
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
-
Norit
-
Zat warna (metil red)
-
Kertas saring
-
Aquades
D.
PROSEDUR
KERJA
1.
Pembuatan Larutan
Standar ( 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm dan 250 ppm)
![]() |
-
Dipipet sebanyak 2,5 mL
untuk larutan 50 ppm.

-
Diencrkan dalam labu
takar 50 mL menggunakan akuades.
-
Diulangi
prosedur diatas untuk larutan 100 ppm sebanyak 5 mL, 150 ppm sebanyak 7,5
mL, 200 ppm sebanyak 10 mL dan 250 ppm sebanyak 12,5 mL.

![]() |
-
Diukur absorbansinya
0,027
A
0,029
A
0,031
A
0,042
A
0,045
A
2. Pembuatan
larutan sampel (80 ppm, 100 ppm dan 120
ppm).
![]() |
-
Dipipet sebanyak 5 mL
-
Dimasukkan dalam labu
takar 50 mL dan diencerkan menggunakan akuades
-
Dicampurkan dengan
arang aktif
-
Diulangi
prosedur diatas untuk larutan standar 100 ppm 10 mL dan 120 ppm 12,5 mL.

![]() |
-
Kocok selama 5 menit
-
Disaring dengan kertas
saring
-
Diukur absorbansinya
0,480 A
0,493 A
0,480 A
E.
HASIL
PENGAMATAN
1.
Tabel hasil pengamatan
No.
|
Konsentrasi (ppm)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
50
|
0,027
|
2
|
100
|
0,029
|
3
|
150
|
0,031
|
4
|
200
|
0,042
|
5
|
250
|
0,045
|
No.
|
Konsentrasi sampel (ppm)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
80
|
0,480
|
2
|
100
|
0,493
|
3
|
120
|
0,480
|
2. Kurva

3. Perhitungan
a. Konsentrasi
Akhir
Persamaan
y = 0,004x +
0,010
·
80 ppm
y =
0,004x + 0,010
0,480 =
0,004x + 0,010
0,480 – 0,010 =
0,004x
X =


X =
11,75
·
100 ppm
y =
0,004x + 0,010
0,493 =
0,004x + 0,010
0,493 – 0,010 =
0,004x
X =


X =
12,07
·
120 ppm
y =
0,004x + 0,010
0,505 =
0,004x + 0,010
0,505 – 0,010 =
0,004x
X =


X =
12,37
b. Konsentrasi
terabsorbansi
·
80 ppm
Konsentrasi teradsorbsi = konsentrasi awal –
konsentrasi akhir
= 80 – 11,75
= 68,25
·
100 ppm
Konsentrasi teradsorbsi = konsentrasi awal –
konsentrasi akhir
= 100 – 12,07
= 87,93
·
120 ppm
Konsentrasi teradsorbsi = konsentrasi awal –
konsentrasi akhir
= 120 – 12,3
=
107,63
No.
|
Sampel
|
Konsentrasi awal (ppm)
|
Konsentrasi akhir (ppm)
|
Konsentasi teradsorbsi (ppm)
|
Massa teradsorbsi (mg)
|
1
|
80 p pm
|
80
|
11,75
|
68,25
|
3,41
|
2
|
100 ppm
|
100
|
12,07
|
87,93
|
4,39
|
3
|
120 ppm
|
120
|
12,37
|
107,63
|
5,38
|
4. Isoterm
Adsorbsi
x
|
M
|
x/m
|
Log
x/m
|
Log
konsentrasi akhir
|
3,41
|
10
|
0,34
|
-0,47
|
1,07
|
4,39
|
10
|
0,43
|
-0,37
|
1,08
|
5,38
|
10
|
0,53
|
-0,27
|
1.09
|

Persamaan:
y = 0,1x – 0,57
log x/m = 1/n log C + log k
·
80 ppm
Log x/m =
1/n log C + log k
-0,47 =
1/0,1 x + 3,71
-0,47 =
10x + 3,71
-0,47 – 3,71 =
10x
x =


x =
0,418
·
100 ppm
Log x/m =
1/n log C + log k
-0,37 =
1/0,1 x + 3,71
-0,37 =
10x + 3,71
-0,37 – 3,71 =
10x
x =


x =
0,408
·
120 ppm
Log x/m =
1/n log C + log k
-0,27 =
1/0,1 x + 3,71
-0,27 =
10x + 3,71
-0,27 – 3,71 =
10x
x =


x =
0,398
F.
PEMBAHASAN
Adsorpsi
merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat yang
diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut
adsorben. Kecuali zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi
dapat terjadi antara zat padat dan zat
cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair atau gas dan zat cair. Adsorpsi
secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Molekul-molekul pada permukaan
zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada
gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat
cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi
zat yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap
hanya pada permukaan.
Umumnya
adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu adsorpsi kimia (kemisorpsi) dan
adsorpsi fisika (fisisorpsi). Adsorpsi fisika disebabkan oleh interaksi antara
adsorben dan adsorbat karena adanya gaya tarik Van der Waals, adsorpsi ini
biasanya bersifat reversibel karena terjadi melalui interaksi yang lemah antara
adsorben dan adsorbat, tidak melalui ikatan kovalen. Panas adsorpsi fisika
tidak lebih dari 15-20 kkal/mol atau 63-84 kJ/mol. Adsorpsi kimia adalah
adsorpsi yang melibatkan interaksi yang lebih kuat antara adsorben dan adsorbat
sehingga adsorbat tidak bebas bergerak dari satu bagian ke bagian yang lain.
Proses ini bersifat irreversibel sehingga adsorben harus dipanaskan pada temperatur
tinggi untuk memisahkan adsorbat. Panas adsorpsi kimia biasanya lebih besar
dari 20-30 kkal/mol atau 84-126 kJ/mol.
Adsorpsi
suatu zat pada permukaan adsorben bergantung pada beberapa faktor dan memiliki
pola isoterm adsorpsi tertentu. Untuk proses adsorpsi yang terjadi dalam
larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada jenis adsorben, jenis
adsorbat atau zat yang terad sorpsi, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat
terlarut, dan temperatur. Hubungan yang menunjukkan
distribusi adsorben antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa
ruah saat kesetimbangan pada temperatur tertentu disebut isoterm adsopsi.
Persamaan yang sering digunakan untuk menggambarkan data percobaan isoterm
telah dikembangkan oleh Freundlich, Langmuir, dan Brunauer, Emmett, dan Teller
(Isoterm BET). Dalam sistem cair, isoterm adsorpsi menyatakan variasi adsorben
dan adsorbat yang terjadi pada suhu konstan. Pada kondisi kesetimbangan terjadi
distribusi larutan antara fasa cair dan fasa padat. Rasio dari distribusi
tersebut merupakan fungsi konsentrasi dan larutan. Pada umumnya jumlah material
yang diserap per satuan berat dari adsorben bertambah seiring dengan
bertambahnya konsentrasi walaupun hal itu tidak selalu berbanding lurus.
Percobaan ini menggunakan sampel karbon aktif (norit) sebagai adsorban. Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang
masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah
secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan
demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam
fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin
kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan
demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi,
dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini
cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi arang aktif
terdiri dari silika (SiO2), karbon, kadar air dan kadar debu. Unsur silika
merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air, maka
khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam
air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih.
Perlakuan pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu dilakukan
pengenceran metil red dengan konsentrasi
yang berbeda-beda kemudian dicampurkan dengan norit. Metil red yang merupakan
zat warna yang berfungsi sebagai adsorbat. Larutan ini sebagai larutan standar
yang berfungsi sebagai pembanding absorbansi dari larutan sampel. Setelah
pencampuran karbon aktif (norit) dengan metil red, pengadukan dilakukan selama
30 menit dan pengadukan dilakukan pada saat yang bersamaan. Hal
ini dimaksudkan agar penyerapan warna dari larutan dengan konsentrasi berbeda
memerlukan waktu yang sama dan kemudian dilakukan penyaringan. Hasil dari
perlakuan penyaringan larutan sampel kemudian diambil dan diukur absorbansinya
menggunakan spektronik 20 D. Proses pengukuran dimulai dengan menggunakan
larutan blanko dalam hal ini akuades sebagai pelarut pada pengenceran. Setiap
larutan yang akan diukur panjang gelombangnya harus diawali dengan pengkalibrasian
alat dengan blanko agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Berdasarkan data pengamatan yang
diperoleh, hasilnya menunjukan adanya
variasi absorbansi dengan tingakt konsentrasi tertentu, artinya bahwa semakin
besar tingkat konsentrasi yang digunakan maka absorbansinya akan semakin besar
pula. Pada tingkat konsentrasi 80 ppm didapatkan hasil absorbansi sebesar
0,441, konsentrasi 100 ppm 0,613 dan pada sampel dengan konsentrasi 120 ppm
absorbansinya sebesar 0,685. Adanya perbedaan absorbansi meunjukan tingkat
penyerapan (adsorpsi) pada masing – masing konsentrasi sangat berpengaruh.
Manfaat karbon aktif untuk berbagai
aplikasi yaitu sebagai bahan bakar, penghilang warna, penghilang rasa,
penghilang bau dan agen pemurni dalam industri makanan, pemurnian air baik
dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan limbah. Selan itu,
arang aktif juga bermanfaat dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat diare.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Ririn, Irfana D. F., Dwiria W., 2013. Pengaruh
Konsentrasi Aktivator Kalium Hidroksida (KOH) terhadap Kualitas Karbon Aktif
Kulit Durian sebagai Adsorben Logam Fe pada Air Gambut. Prisma Fisika, Vol. I, No. 2.
Edahwati, Luluk., Suprihatin. 2009. Kombinasi Proses
Aerasi, Adsorpsi dan Filtrasi pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan. Vol.1 (2). Hal. 81.
Kusnaedi. 2005.
Mengoalah Air Kotor Menjadi Air Minum. Penebar Swadaya, Depok.
Makfoeld, Djarir. 2002.Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Kanisius, Yogyakarta.
Neal,
Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Sediawan, Wahyudi B.,
2000.Berbagai Teknologi Proses
Pemisahan. Prosiding Presentasi
Ilmiah Daur Bahan
Bakar Nuklir V.
Sembodo,
Bregas S T. 2005. Isoterm Kesetimbangan Adsorpsi Timbal pada Abu Sekam
Padi. E K U I L I B R I U M. Vol. 4
(2).
Widyastuti, A., dkk., 2013. Karbon Aktif Dari Limbah Cangkang Sawit
Sebagai Adsorben Gas Dalam Biogas Hasil Fermentasi Anaerobik Sampah Organik.JKK,
volume 2 (1).

Subsequently, after spending many hours on the internet at last We've uncovered an individual that 918kiss malaysia apk definitely does know what they are discussing many thanks a great deal wonderful post.
BalasHapusI visited your blog for the first time and just been your fan. I Will be back often to check up on new stuff you post!
BalasHapusjoker123 apk android
joker123 online
joker123 slot download
joker123 login
joker123 apk new version
download joker123 iphone
joker123 test id
joker123 agent
login joker123
daftar joker123
Go ketogenic And we give you our opinion on the so-called natural fat-burning supplements, so that you choose in full knowledge of the facts!
BalasHapushttps://goketoganic.com/