Senin, 09 November 2015

PENETAPAN KADAR VITAMIN C SECARA IODIMETRI



MAKALAH KIMIA ANALISIS OBAT

PENETAPAN KADAR VITAMIN C SECARA IODIMETRI


OLEH

NAMA           : KARMILA WATI
NIM                : F1F1 12 105
KELAS          : C


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kekurangan vitamin c telah dikenal sebagai penyakit sariawan dengan gejala seperti gusi berdarah, saki lidah, nyeri otot dan sendi. Berat badan berkurang, lesu dan lain-lain. Vitamin c mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan neurotrnsmiter norepinefrin. Vitamin c mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein,lipid,karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin c juga dibutuhkan memelihara kehamilan, mengatur control kapiler darah secara memadai, mencegah hemorid, mengurangi resiko diabetes dan lain-lain.
Vitamin C berfungsi terutama penyusun utama collagen, yang bertugas membentuk ikatan antara sel dan antar jaringan. Juga vitamin c bertindak sebagai penghambat sekresi prostaglandin. Vitamin C dibutuhkan untuk mengekspor molekul procollagen ke luar sel. Bila terjadi defisiensi yang mengakibatkan terjadinya scurvy (ditandai oleh gum disease), nyeri pada otot dan sendi, lesi pada kulit, fatigo dan perdarahan, maka kebutuhan minimum vitamin c adalah 10 milligrams (dewasa) perhari. Vitamin C menurunkan kadar puncak maksimum (Cmaks) propranolol dan menaikan waktu maksimum untuk mencapai kadar maksimum. Pada pemberian mega dosis vitamin C ternyata dapat meningkatkan enzim yang bertanggung jawab terhadap detosikasi obat seperti sitakrom B5. Tetapi jugameningkatkan penetrasi penisilin pada data eksperimental. Juga dapat meningkatkan fluk haloperidol pada absorpsi kulit
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara taitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri). Iodium merupakan oksidator yang relative kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar +0,535V. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi menjadi iodide. Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titk akhir pada idiometri dilakukan dengan menggunakan indicator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tekakhirnya titk akhir. Dalam Farmakope Indonesia titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat, dan metamorin.


1.2  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menetahui penetapan kadar vitamin C secara iodimetri.











BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C (Monalisa Karinda, 2013).
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal Vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan sayuran segar.
Kadar vitamin C dalam larutan dapat diukur menggunakan titrasi redoks iodimetri, dengan menggunakan larutan indikator kanji (starch) yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit larutan iodin (I2) yang diketahui molaritasnya sampai mencapai titik keseimbangan yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru pekat.
Contoh aplikasinya adalah pengukuran kadar vitamin C pada larutan. Dalam penentuan nilai konsentrasi ini pada umumnya dilakukan secara manual, dimana larutan yang hendak dicari nilai konsentrasinya, dimasukan dalam gelas uji, kemudian volume larutan ini ditetapkan. Gelas uji yang telah berisi larutan indikator dan larutan yang diuji, ditetesi iodine yang telah diketahui nilai konsentrasinya sedikit demi sedikit hingga terjadi perubahan warna. Namun karena alasan efisiensi, ketelitian, dan kepraktisan, selain cara manual memakan waktu lama, hasil titrasi juga umumnya menghasilkan pembacaan yang tidak tepat dari titik akhir titrasi, ini dikarenakan persepsi yang berbeda setiap orang untuk menilai warna akhir titrasi. Untuk kepentingan ini, pengukuran konsentrasi vitamin C dibuat sistem yang cenderung terotomatisasi yang dapat menghemat waktu juga membaca warna akhir titrasi secara akurat. (Anggi Pratama, 2012).
Vitamin C juga mudah teroksidasi, dimana proses oksidasi tersebut dapat dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis tembaga dan besi. Vitamin sangat sensitif terhadap pemanasan, bahkan pemanasan yang tergolong ringan (sedikit diatas suhu kamar). Vitamin C juga mudah teroksidasi terutama bila terlarut dalam suatu pelarut, misalnya air. Sebagai salah satu contoh kita dapat menentukan kadar vitamin C  dengn cara metode titrasi. Tujuan pengamatan kandungan vitamin C adalah untuk mengetahui apakah proses osilasi yang diberikan, menyebabkan kerusakan vitamin C. Kandungan vitamin C, ditentukan dengan cara titrasi. Misalkan  sebanyak 5 mL sari buah dipipet ke dalam Erlenmeyer 100 mL, lalu ditambahkan 20 mL air distilat dan tetes larutan pati 1% sebagai indikator. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan Iod setara dengan 0.88 mg asam askorbat. Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak, sehingga harus ditangani dengan baik. Vitamin C pada buah disintesa dari glukosa, dimana vitamin C akan mengalami penurunan selama penyimpanan. Salah satu penyebab penurunan kandungan vitamin C, disebabkan adanya aktivitas enzim asam askorbat oksidase (Sari, 2012).








BAB III
PEMBAHASAN
Vitamin C atau yang dikenal sebagai asam askorbat (C6H8O6) dapat ditentukan konsentrasinya  dalam larutan dengan metode titrasi Iodometri karena sifat vitamin c yang mudah teroksidasi oleh iodin menjadi asam dehidroaskorbat (C6H5O6). Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama proses penyimpanan. Laju kerusakan meningkat karena kerja logam, terutama tembaga dan besi serta dipengaruhi pula oleh kerja enzim. Pendedahan oksigen dan pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C pada makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Enzim paling penting dalam golongan ini adalah asam askorbat oksidase, fenolase, sitokrom oksidase dan peroksidase. Hanya asam askorbat oksidase yang terlihat reaksi langsung antara enzim, substrat dan oksigen molekul. Enzim lain mengoksidase vitamin secara tidak langsung. Kuinon bereaksi langsung dengan asam askorbat, sitokrom oksidase mengoksidasi sitokrom menjadi bentuk teroksidasinya dan senyawa ini bereaksi dengan asam L-askorbat. Peroksidase bergabung dengan senyawa fenol menggunakan hydrogen peroksida untuk melakukan oksidasi, enzim ini tidak bekerja dalam buah karena adanya pemisahan enzim dan substrat secara fisik.
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodine (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi Vitamin C dengan iodin adalah sebagai berikut :
C6H8O6 + I2 C C6H6O6 + 2I- + 2H+
Misalkan sample yang diuji adalah minuman ringan dengan kadar Vitamin C tertera pada kemasan. Nilai kadar Vitamin C yang tertera pada kemasan, biasanya dalam satuan milligram (mg) atau dalam persentase Angka Kecukupan Gizi (%AKG), dengan acuan 100% AKG setara dengan 60 mg Vitamin C. Nilai error saat pengujian dapat disebabkan karena iodin berlebih pada sample dan molaritas iodin yang tidak tepat 0,00341 M. Namun tidak semua sample dapat diasumsikan demikian karena kadar Vitamin C pada sample tersebut dapat berkurang karena pengaruh panas dan sinar matahari saat proses penyimpanan juga dapat disebabkan sample lama dibiarkan terbuka sehingga bereaksi dengan oksigen (oksidasi) sebelum dilakukan pengujian.
Metode iodimetri dapat juga di lakukan dengan menggunakan sampel buah contohnya mannga. Sampel ditimbang sebanyak 50 g dan diencerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Setelah sampel ditimbang dan diencerkan, kemudian ditambahkan larutan H2SO4 10% dan ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% sebagai indikator. Setelah itu dititrasi dengan larutan iodium sampai larutan sampel berwarna biru. Sampai titik akhir titrasi, mangga  membutuhkan volume sebanyak 22,3 ml sehingga larutan berubah menjadi warna biru. Warna biru yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir. Kemudian dihitung kadar vitamin C yng terdapat pada mangga tersebut.




BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Kesimpulan pada pembuatan makalah ini adalah penetapan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan menggunakan metode iodimetri yaitu penetapnnya berdasarkan I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I-).  Seperti  dalam reaksi redoks umumnya yang harus selalu ada oksidator dan reduktor,  sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron),  jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja.


















DAFTAR PUSTAKA

Karinda, Monalisa. dkk. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi-Unsrat. No 1 (2).

Pratama, Anggi. dkk. Aplikasi labview sebagai Pengukur Kadar Vitamin C dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri.

Sari., Elok K N, dkk. 2012. Proses Pengawetan Sari Buah Apel (mallus sylvestris mill) Secara non-termal Berbasis Teknologi Oscillating Magneting Field (OMF). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 13 No. 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar