LAPORAN
PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PERCOBAAN
IV
PENENTUAN
KADAR Fe (BESI) DALAM SEDIAAN SECARA SPEKTROFOTOMETER ATAU KOLORIMETRI
MENGGUNAKAN METODE STANDAR ADISI
O
L E H
NAMA :
KARMILA WATI
STAMBUK :
F1F1 12 105
KELOMPOK :
III (TIGA)
ASISTEN :
SARLAN S.Si
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2014
PERCOBAAN
III
PENENTUAN
KADAR Fe (BESI) DALAM SEDIAAN SECARA SPEKTROFOTOMETER ATAU KOLORIMETRI
MENGGUNAKAN METODE STANDAR ADISI
A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan kadar Fe (besi) dalam sediaan secara spektrofotometer atau
kolorimetri menggunakan metode standar adisi.
B.
Landasan
Teori
Spektrofotometri merupakan suatu metode
analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan tabung foton. Metode
spektrofotometri memiliki keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa
suatu zat dalam jumlah kecil (Harini, 2012).
Spektrofotometri adalah salah satu
teknik analisis yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dengan
panjang gelombang (λ) 190-380 nm dan sinar tampak pada panjang gelombang (λ)
380-780 nm. Serapan cahaya oleh suatu molekul dalam daerah spectrum sangat bergantung pada struktur elektronik
dari molekul. (Asih, 2012).
Percobaan menggunakan alat
spektrofotometer dilakukan untuk dapat melakukan analisis dengan menggunakan
metode spektrofotometri sinar tampak, salah satu syaratnya adalah bahwa sampel
yang akan diamati harus merupakan suatu larutan berwarna. Apabila sampel
tersebut tidak berwarna maka perlu ditambah suatu larutan pengompleks agar
diperoleh sampel yang memiliki warna, sebab hanya larutan berwarna yang dapat
memberikan suatu serapan sehingga besarnya absorbansi (A) atau % transmitasi (%
T) dapat dibaca. Oleh karena zat yang akan diamati/dianalisis sudah termasuk larutan).
Idealnya alat yang digunakan untuk system spektrofotometri merupakan satu
rangkaian alat yang memang digunakan untuk analisis metode ini. (Herlani,
2012).
Penggunaan spektrofotometri sebagai alat bantu analisis meningkat seiring
dengan perkembangan dunia elektronik yang pesat terutama teknologi
mikrokomputer dalam tiga puluh tahun terakhir. Akhir-akhir ini penggunaan
spektrofotometri makin mudah dengan meningkatnya daya pisah instrumen analitik
yang dilengkapi mikrokomputer dengan perangkat lunak yang sesuai sehingga mampu
menghasilkan spectra secara cepat. Fasilitas ini memungkinkan analisis
multikomponen dalam campuran yang spektranya saling tumpang tindih. Beberapa
keuntungan dari metode ini antara lain: spektrum memberikan gambaran struktur yang terinci
dari spektrum serapan dan gambaran ini makin jelas dari spektra pertama ke
keempat. Selain itu, dapat dilakukan analisis kuantitatif suatu komponen dalam
campuran dengan bahan yang panjang gelombangnya saling berdekatan. Dalam bidang
farmasi, karena terkait dengan terapi, penetapan kadar obat adalah masalah
analisis dalam kontrol kualitas pada industri farmasi. Spektrofotometri adalah
teknik analisis dengan kemampuan memisahkan campuran obat yang memiliki spektra
tumpang tindih. Selain itu, telah digunakan pula untuk penetapan kadar obat
yang tercampur dengan hasil peruraiannya (Nurhidayati, 2007).
Spektrofotometri adalah suatu metode
analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau
tabung foton hampa. Alat yang digunakan
adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu
senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.
Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi (Harjadi, 1990).
Spektrofotometer menghasilkan sinar
dan spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kebetulan
spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari
sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai
seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat untuk
mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding
(Khopkar, 2002).
Salah satu metode yang sudah
dilkenal adalah metode adisi standar. Pada metode ini, sejumlah sampel akan
ditambahkan dengan larutan standar (kosentrasi diketahui dengan pasti) dengan
kuantitas tertentu. Pengukuran dengan alat spektrofotometer serapan atom untuk
penentuan logam merkuri dengan teknik kurva kalibrasi sudah sangat umum bahkan
SNI memakai teknik tersebut sementara
metode adisi standar masih dalam penelitian ( Suriansya, 2011).
Besi berada pada urutan nomor empat
kelimpHn dalam kerak bumi setelah silicon dan aluminium. Pada umumnya besi
cenderung membentuk senyawa dalam bentuk Fe3+ dibandingkan dengan
bentuk Fe2+ serta membentuk
kompleks yang stabil dengan senyawa tertentu. Analisa besi semuanya digunakan
pengompleks seperti selenit, batofenantrolin,
1,10-fenantrolin, molybdenum dan difenil karbonat dimana warna kompleks yang
dihasilkan dapat dideteksi menggunakan spektrofotometri sinar tampak (Rifki, et
al , 2013).
Metode analisis besi yang sering
digunakan saat ini adalah dengan spektrofotometri sinar tampak, karena
kemapuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis kuantitatif
besi dengan spektrofotomteri dikenal dua metode, yaitu metode orto-fenantrolin
dan metode tiosianat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat
membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana
intensitas warna yang dibentuk dapat diukur dengan spektrofotometer sinar
tampak. Salah satu metode yang cukup handal pada spektrofotometer adalah dengan
penambahbakuan atau adisi standar. Metode ini merupakan suatu pengembangan
metode spektrofotometer sinar tampak dengan biaya relatif lebih murah (Gandjar,
2007).
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
·
Batang pengaduk
·
Botol gelap
·
Botol semprot
·
Filler
·
Gelas kimia 100 ml
·
Kuvet
·
Labu takar 100 ml
·
Pipet tetes
·
Pipet ukur 20 ml
·
Sendok tanduk
·
Spektrofotometer
·
Timbangan analitik
2.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
·
Akuades
·
Alkohol
·
Fe (besi) murni
·
Sampel sediaan obat mengandung Fe
(Sangobion)
3.
Uraian
Bahan
1. Alkohol
(Ditjen POM, 1979).
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih,
mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,
dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai kosolven.
Identifikasi : Pada 5 ml larutan 0,5% b/v,
tambahkan 1 ml natrium
hidroksida 0,1 N, kemudian tambahkan perlahan-lahan
2 ml larutan iodium P. Tercium bau iodoform
dan terbentuk endapan kuning.
2. Aquades
(Ditjen POM, 1979).
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Air suling
BM/RM : 18,02/H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut.
3. Besi (III) Klorida (Dirjen POM, 1995)
Nama Lain : Feri klorida
Berat Molekul : 162,2
Rumus Molekul : FeCl3
Pemerian :Hablur atau serbuk
hablur berwarna hitam kehijauan; oleh pengaruh lembab udara berubah menjadi
jingga.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
Kegunaan : Zat tambahan.
D. Prosedur Kerja
1.
Pembuatan
Larutan Fe (Besi) Murni 10 ppm
Fe murni
|
- Ditimbang sebanyak 1 mg
- Dilarutkan dengan alkohol 25 ml
- Dimasukkan dalam labu takar 100 ml
- Dicukupkan dengan akuades hingga 100
mL
- Dikocok hingga homogen
|
Larutan Fe murni 10 ppm
|
2.
Pembuatan
Larutan Sampel
Larutan sampel 0,1 ppm
|
- Ditimbang sebanyak 0,1 mg
- Dilarutkan dengan alkohol 25 ml
- Dimasukkan dalam labu takar 100 ml
- Dicukupkan dengan akuades hingga 100
mL
- Dikocok hingga homogen
|
Sampel obat (Sangobion)
|
3.
Pembuatan
Larutan Uji
Larutan sampel
|
- Dipipet sebanyak 20 ml ke dalam 4
labu takar 100 ml
|
Labu takar 1
|
Labu takar 2
|
Labu takar 3
|
Labu takar 4
|
- Ditambahkan 5 ml larutan Fe murni
|
- Ditambahkan 10 ml larutan Fe murni
|
- Ditambahkan 15 ml larutan Fe murni
|
- Ditambahkan 20 ml larutan Fe murni
|
- Dicukupkan dengan akuades hingga 100
mL
- Dikocok
- Dimasukkan dalam botol gelap
|
Larutan uji
|
4.
Penentuan
Kadar Fe (Besi)
Larutan uji
|
- Dipipet ke dalam kuvet
- Diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 450 nm
- Ditentukan konsentrasi Fe dalam
sampel yang digunakan.
|
Larutan sampel 0,1 ppm
|
E. Hasil Pengamatan
Spektrofotometri adalah
suatu metode analisa kimia yang digunakan untuk menetapkan kadar suatu zat atau
senyawa obat dengan menggunakan alat yang biasa disebut spektrofotometer.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen obat atau molekul
dengan radiasi elektromagnetik, yang energik nya sesuai. Interaksi tersebut
akan meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat aksitan. Apabila pada
molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada suatu macam
gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang merupakan garis spektrum.
Percobaan
penetapan kadar Fe (Besi) berdasarkan reaksi standar adisi secara
kolorimetri/spektrofotometer visible digunakan bahan Fe (besi) murni dan Fe
(besi) yang terkandung dalam bahan obat sangobion yang beredar di
pasaran. Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah keberadaannya.
Besi yang dapat dikonsumsi oleh manusia berada dalam bentuk ionnya yaitu
Fe2+
dan Fe3+. Besi esensial memproduksi
hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh,
mengangkut elektron dalam sel dan mensistesis enzim yang mengandung besi yang
dibutuhkan untuk menggunakan O2 selama memproduksi energi seluler. Pada tubuh manusia
(yang memiliki berat sekitar 70 kg) hanya terkandung besi sebanyak 3,5 gr, 70%
diantaranya dalam bentuk hemoglobin. Namun apabila jumlah kadar besi yang
dikonsumsi terlalu berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati, diabetes
dan penyumbatan pembuluh jantung.
Zat
besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk pertumbuhan,
bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh dan yang paling penting
digunakan untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu kekurangan zat besi dapat
menyebabkan gangguan susunan syaraf pusat, dapat mengurangi prestasi kerja,
kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi Prevalensi anemia
defisiensi besi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi, kira
– kira sekitar 43% anak-anak dan 51% ibu hamil.
Selanjutnya, dibuat larutan standar. Tujuan
pembuatan larutan standar adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya
akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel obat Sangobion. Larutan
standar dibuat dengan melarutkan sampel obat dengan HCl lalu diencerkan dengan
aquades hingga tanda tera. HCl harus dilarutkan terlebih dahulu karena agar
sampel yang dianlisis larut sempurna terlebih dahulu dan HCl pekat juga dapat
mereduksi Fe3+ menjadi Fe 2+. Hal ini dikarenakan besi dalam keadaan Fe 2+ akan
lebih stabil dibandingkan besi Fe3+. Dalam keadaan dasar. Setelah itu
didapatkan larutan standar 10 ppm, untuk diketahui alat yang kami gunakan yakni
pada spektrofotometer uv vis dapat menyerap cahaya apabila senyawa yang
dianalisis mempunyai senyawa kromofor dan ausokrom oleh karena itu pada
sampel larutan standar ditambahkan senyawa pengompleks yakni larutan (NH4SCN)
(amonium tiosulfat) dimana merupakan pereaksi warna dan reaksinya dengan
larutan besi yang merupakan senyawa kompleks [Fe(SCN)]2+. Pereaksi ini akan
menghasilkan warna yang menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk
analisa besi dalam kadar kecil. Suatu larutan dijadikan sebagai pereaksi harus
memenuhi beberapa persyaratan. NH4SCN merupakan pereaksi warna,
sebab reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi (Fe) selektif dan
sensitif yaitu membentuk kompleks besi tiosianat yang berwarna merah.
Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang
lama, sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis. Tidak
membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl- dan NO3- yang
ada dalam larutan.Warna merah bata yang dihasilkan mempunyai warna komplementer
hijau – biru. Warna komplementer terbentuk ketika cahaya putih
yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang melewati suatu medium
(larutan kimia berwarna) yang tembus cahaya bagi panjang
– panjang gelombang tertentu tetapi menyerap panjang
– panjang gelombang yang lain akibatnya medium itu akan tampak
berwarna bagi pengamat.
Selanjutnya
adalah penentuan kadar besi dalam sampel obat Sanggobion. Analisis kuantitatif
sediaan obat yang mengandung besi (III) Klorida secara spektrofotometri
menggunakan metode standar adisi. yaitu dengan penambahan larutan standar yang
dilakukan pada salah satu atau dua larutan sampel obat. Maksud dari metode
standar adisi adalah bahwa sampel yang akan dianalisis ditambahkan sejumlah
standar yang memiliki struktur yang sama dengan sampel yang akan dianalisis.
Pengukuran absorbansi untuk larutan standar besi dan absorbansi sampel yang
mengandung besi diukur pada λmax = 450 nm karena pada panjang gelombang
tersebut mrnunjukkan nilai absorbansi paling tinggi yakni 0,0131. Panjang gelombang
maksimum ini bertujuan agar zat-zat yang mengganggu tidak ikut terserap
ataupun memberikan serapan, dalam hal ini yang akan memberikan serapan hanya
logam yang dianalisis (besi) sedangkan tidak boleh memberikan serapan. Pengukuran
serapan atau absorbansi spektrometri biasanya dilakukan pada suatu panjang
gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum karena konsentrasi besar pada
titik ini, artinya serapan larutan encer masih terdeteksi.
Dari
hasil yang didapatkan diatas sesuai dengan hukum Lambert-Beer bahwa hubungan
antara konsentrasi (ppm) dengan nilai absorben (a) tegak lurus atau
berbanding lurus dimana semakin tinggi konsentrasi, maka nilai
absorbennya atau daya tembus cahaya yang di lewati sampel semakin besar. Kadar
Fe (Besi) yang diperoleh dalam sediaan secara spektrofotometri berdasarkan
metode standar adisi.
G.
Kesimpulan
Berdasarakan percobaan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
1. Dalam
sampel obat Sangobion, diperoleh adanya kandungan besi.
2. Kadar
besi (Fe) dalam sampel obat Sangobion yaitu (dibandingkan dnegan etiket)
DAFTAR PUSTAKA
Adeeyinwo
et all., 2013. Basic Calibration
of UV/ Visible Spectrophotometer. International
Journal of Science and Technology. Vol
2 No.3 IJST © 2013 – IJST
Publications UK. All rights reserved. 247.
Asih, A. R. A. I., dkk. 2012. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Golongan
Flavonoid Dari Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.). JURNAL KIMIA. Vol 6. No 2.
Harini, W. B., 2012. Aplikasi Metode
Spektrofotometri Visibel Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Rimpang
Kunyit (Curcuma Domestica). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains
& Teknologi (SNAST) Periode III. ISSN: 1979-911X.
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.
Herlani, R., 2012. Penentuan Angka Banding no3/u
dalam Larutan Uranil Nitrat Defisien Asam Untuk Umpan Gelasi dengan Metode
Titrasi Spektrofotometri Menggunakan Spectronic genesys 20. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah -
Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir. ISSN 0216 –
3128.
Khopkar.
2002. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Universitas Indonesia: Jakarta.
Nurhidayati., L. 2007.
Spektrofotometri Derivatif dan Aplikasiya dalam Bidang Farmasi. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol .5. No.2.
Suddhasattya Dey et
all., 2010. Development And Validation Of A UV-Vis Spectrophotometric Method
For The Estimation And Degradation Monitoring Of Cefadroxil In Bulk And
Pharmaceutical Dosage Forms. International
Journal of Chemistry Research. Vol
1, Issue 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar