LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PERCOBAAN
II
PENENTUAN
KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN ASETOSAL DAN KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET
O
L E H
NAMA :
KARMILA WATI
STAMBUK :
F1F1 12 105
KELOMPOK :
III (TIGA)
ASISTEN :
SARLAN S.Si
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2014
PERCOBAAN II
PENENTUAN KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN
ASETOSAL DAN KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
A. Tujuan
Tujuan
dalam praktikum ini adalah untuk menentukan kadar multi komponen campuran
asetosal dan kafein secara spektrofotometri ultra violet.
B. Landasan Teori
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dengan tabung foton. Metode spektrofotometri memiliki
keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah kecil
(Harini, 2012).
Spektrofotometri adalah salah satu teknik analisis
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dengan panjang
gelombang (λ) 190-380 nm dan sinar tampak pada panjang gelombang (λ) 380-780
nm. Serapan cahaya oleh suatu molekul dalam daerah spectrum sangat bergantung pada struktur elektronik
dari molekul. (Asih, 2012).
Percobaan menggunakan alat spektrofotometer
dilakukan untuk dapat melakukan analisis dengan menggunakan metode
spektrofotometri sinar tampak, salah satu syaratnya adalah bahwa sampel yang
akan diamati harus merupakan suatu larutan berwarna. Apabila sampel tersebut
tidak berwarna maka perlu ditambah suatu larutan pengompleks agar diperoleh
sampel yang memiliki warna, sebab hanya larutan berwarna yang dapat memberikan
suatu serapan sehingga besarnya absorbansi (A) atau % transmitasi (% T) dapat
dibaca. Oleh karena zat yang akan diamati/dianalisis sudah termasuk larutan).
Idealnya alat yang digunakan untuk system spektrofotometri merupakan satu
rangkaian alat yang memang digunakan untuk analisis metode ini. (Herlani, 2012).
Penggunaan spektrofotometri sebagai alat bantu analisis meningkat seiring
dengan perkembangan dunia elektronik yang pesat terutama teknologi
mikrokomputer dalam tiga puluh tahun terakhir. Akhir-akhir ini penggunaan spektrofotometri
makin mudah dengan meningkatnya daya pisah instrumen analitik yang dilengkapi
mikrokomputer dengan perangkat lunak yang sesuai sehingga mampu menghasilkan
spectra secara cepat. Fasilitas ini memungkinkan analisis multikomponen dalam
campuran yang spektranya saling tumpang tindih. Beberapa keuntungan dari metode
ini antara lain: spektrum memberikan
gambaran struktur yang terinci dari spektrum serapan dan gambaran ini makin
jelas dari spektra pertama ke keempat. Selain itu, dapat dilakukan analisis
kuantitatif suatu komponen dalam campuran dengan bahan yang panjang
gelombangnya saling berdekatan. Dalam bidang farmasi, karena terkait dengan
terapi, penetapan kadar obat adalah masalah analisis dalam kontrol kualitas
pada industri farmasi. Spektrofotometri adalah teknik analisis dengan kemampuan
memisahkan campuran obat yang memiliki spektra tumpang tindih. Selain itu,
telah digunakan pula untuk penetapan kadar obat yang tercampur dengan hasil
peruraiannya (Nurhidayati, 2007).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang
berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator
prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton
hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa
baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun
absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi (Harjadi, 1990).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kebetulan spektrofotometer
dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating,
atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai
spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter
tidak mungkin diperoleh panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh
dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer
tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel
pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar,
2002).
Spektrofotometri
UV merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik
ultraviolet dekat (190-380) dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrumen
spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995:26). Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
ketimbangkualitatif (Mulja dan Suharman, 1995: 26).
Spektrofotometer Ultraviolet terlihat
menyelidiki interaksi radiasi cahaya dengan materi
di ultra violet (200-400) dan tampak (400-800) Kisaran. Sebagai
cotoh menurut penalitian Kalium permanganat
menyerap kuat di
kisaran terlihat dari panjang gelombang antara 500 dan 550nm pada berbagai spektrofotometer
uv-terlihat, telah
dilaporkan sebagai memiliki panjang
gelombang serapan maksimum (πmax)
dari panjang gelombang normal 525nm menggunakan
Spectronic 20, 522nm
dan Robert Bohman
[4 ] melaporkan
pekerjaannya sebagai 520nm menggunakan perkins-Elmer.
Karya ini mempelajari kalibrasi yang baru dipasang
UV-tampak spectrophotmeter Jenway 6405 menggunakan
KMnO4 sebagai
standar dengan kurva kalibrasi normal dan
plot Ringbom Ayre sebagai konfirmasi untuk
tingkat sprecision. Mengkonfirmasi
kesiapannya dan kehandalan untuk bekerja lebih lanjut (Adeeyinwo et all, 2013).
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung
secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi
(1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %) (Misra et al, 2008). Kafein
(1,3,7-Trimethylxanthine) adalah kerabat mehylxantin yang secara luas tersebar
di banyak jenis tumbuhan. Kafein juga dimanfaatkan manusia sebagai produk
makanan dan minuman seperti teh, kopi dan coklat. Dalam bidang farmasi, kafein
biasanya digunakan untuk pengobatan jantung, stimulant pernapasan dan juga
sebagai peluruh kencing (Yu dkk, 2009). Kafein berbentuk
serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal, putih, tidak
berbau dan rasa pahit. Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) p,
mudah larut dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p (Dirjen POM, 1979).
Asam asetilsalisilat mempunyai nama sinonim
asetosal, asam salisilat asetat dan yang paling terkenal adalah aspirin. Serbuk
asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih atau serbuk granul
kristal yang berwarna putih.. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat
adalah 135oC. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol
(1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-15, Asam asetilsalilsilat larut dalam
larutan hidroksida dan karbonat (Dirjen POM, 1979).
C.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini antaralain :
·
Batang Pengaduk
·
BotolSemprot
·
Erlenmeyer
·
Filler
·
Gelas Kimia
·
Labu takar
·
Lumpang
dan Alu
·
Pipet Ukur
·
Sendok Tanduk
·
Spektrometer UV
·
Timbangan Analitik
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
·
Alkohol 70 %
·
Aquades
·
Bahanobatmurni (AsetosaldanKofein)
·
SediaanObat (Puyer 16)
D.
Prosedur
Kerja
Pembuatan Larutan
Standar
Bahan Obat Murni
(Asetosal, dan Kofein
|
-
Ditimbang masing-masing 0,005
gram
-
Dilarutkan dengan25 mletanol
70%
-
Diencerkan dengan akuades dalam
labu takar500 mL
-
Dikocok hingga larut
-
Dibuat variasi konsentrasi,
yaitu10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, dan 40 ppm.
|
Hasil Pengamatan
. . . ?
|
Penentuan lmax
Larutan Standar
|
- Dimasukkan
ke dalam kuvet (selsampel) dankuvet lain berisi pelarut tanpa bahan obat
(blanko)
- Diukur
absorbansi larutan standar dengan konsentrasi yang paling tertinggi terhadap
sel blanko menggunakan spektrofotometer UV-Vis
- Digunakan
panjang gelombang tertinggi sebagai lmax.
|
Hasil Pengamatan
. . . ?
|
Penentuan kadar asetosal
dan kofein dalam sediaan
Serbuk Puyer 16
|
- Ditimbang
sebanyak 0,1 mg
- Dilarutkan
sampai 100 mL etanol 70 %
- Diukur
absorbansinya pada l maksimum yang
telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
- Ditentukan
kadarnya menggunakan persamaan kurv astandar
|
Hasil Pengamatan
. . . ?
|
E.
Hasil
Pengamatan
1. Tabel
Hasil Pengamatan Asetosal
·
Larutan Standar
No.
|
Conc (ppm)
|
WL1[235.0nm]
|
ABS
|
1
|
0.1
|
0.061
|
0.061
|
2
|
0.2
|
0.059
|
0.059
|
3
|
0.3
|
0.079
|
0.079
|
4
|
0.4
|
0.127
|
0.127
|
5
|
0.5
|
0.091
|
0.091
|
·
Larutan Sampel
No.
|
Sample Name
|
Conc(ppm)
|
WL1[235.0nm]
|
ABS
|
1
|
Puyer 16
|
8.3660 High
|
2.309
|
2.309
|
2. Tabel Hasil Pengamatan Kofein
·
Larutan Standar
No.
|
Conc(ppm)
|
WL1[265.0nm]
|
ABS
|
1
|
0.1
|
0.037
|
0.037
|
2
|
0.2
|
0.048
|
0.048
|
3
|
0.3
|
0.071
|
0.071
|
4
|
0.4
|
0.082
|
0.082
|
5
|
0.5
|
0.086
|
0.086
|
·
Larutan Sampel
No.
|
Sample Name
|
Conc(ppm)
|
WL1[265.0nm]
|
ABS
|
1
|
Puyer 16
|
9.3476 High
|
1.95
|
1.95
|
3. Grafik
Asetosal
·
Panjang Gelombang Maksimum
lmax
= 235,2 nm
·
Kurva Larutan Standar
Kofein
·
Panjang Gelombang Maksimum
lmax
= 265,5 nm
·
Kurva Larutan Standar
F.
Pembahasan
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang
penggunaan spektrofotometer. Spektriofotometer adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah
panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada
fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh
dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan
suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari
sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk
larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi
antara sampel dan blangko ataupun pembanding..
Adapun kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi
mempengaruhi efek terapi yang diharapkan, namun juga kadar yang tidak sesuai
dengan kadar yang telah ditetapkan pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat
berefek buruk, baik ditunjukkan dengan timbulnya efek samping yang tidak
diharapkan ataupun timbulnya efek toksisitas. Kadar atau konsentrasi
paracetamol dalam berbagai jenis merk obat generik yang dijual di pasaran
umumnya sama, yakni 500 mg, sedangkan asetosal sebesar 500 mg 3 kali sehari
sebagai antinyeri dan 1 gram setelah makan 3-4 kali sehari sebagai antiradang.
Penggunaan kofein sebagai adjuvant bersama dengan analgetika sebesar 5 mg
sekali, bersama ergotamine pada migraine 100 mg.
Percobaan
ini dilakukan penentuan kadar campuran multikomponen asetosal, parasetamol, dan
kofein yang terdapat dalam sediaan obat ‘poldanmig’ dengan menggunakan
spektrofotometri ultraviolet. Prinsip dasar Spektrofotometri UV-Vis adalah
serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya
diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul senyawa
tersebut. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung
pada struktur elektronik dari molekul. Spektra UV-Vis dari senyawa-senyawa
organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan
tenaga elektronik. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul
organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau atom
yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya
dari tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi
tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
Pemilihan
spektrofotometer UV-Vis adalah karena spektrofotometer merupakan instrument
analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya tinggi.
Selain itu, senyawa asetosal, parasetamol dan kofein yang akan dianalisis
memiliki kromofor pada strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga merupakan
senyawa aromatik karena memiliki gugus aromatik sehingga memenuhi syarat
senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Dalam
percobaan ini, metode analisis yang digunakan adalah metode kurva kalibrasi.
Dalam metode ini dibuat suatu larutan standar dari asetosal, parasetamol dan
kofein dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur
spektrofotometer UV-Vis. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara
konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati
titik nol dengan slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat
dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam
kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh
dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi.
Karena
menggunakan metode analisis kurva kalibrasi maka larutan standar (senyawa murni
obat) dibuat dalam 5 konsentrasi. Dalam percobaan ini dibuat larutan baku
dengan konsentrasi masing-masing untuk parasetamol dan kofein yaitu 5; 4; 3; 2;
1; mg/ml dan asetosal dengan konsentrasi 2,5; 2; 1,5; 1; 0,5 mg/ml. Sebelum
dilakukan pengukuran serapan, maka masing-masing komponen harus ditentukan
panjang gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Alasan penggunaan panjang
gelombang maksimum (λ maks) yakni panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan
maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada
panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer.
Larutan
blanko yang digunakan adalah etanol. Digunakan blanko etanol karena pelarut
yang digunakan untuk melarutkan sampel adalah etanol. Penggunaan etanol sebagai
pelarut dikarenakan ketiga sampel yaitu asetosal, parasetamol dan kofein hanya
sedikit larut dalam air. Seperti diketahui bahwa ketiga sampel tersebut terdiri
dari gugus polar dan gugus nonpolar dimana apabila dilarutkan dengan air maka
hanya bagian polar yang dapat larut. Oleh karenanya maka digunakan pelarut
etanol karena etanol memiliki gugus polar dan non polar sama halnya seperti
sampel. Sehingga bagian yang polar akan melarutkan bagian polar pada sampel dan
bagian nonpolar akan melarutkan bagian nonpolar pada sampel.
Setelah
persamaan garis diperoleh maka kadar asetosal dan kofein masing-masing dapat
dihitung. Pengukuran konsentrasi obat dalam sampel berdasarkan hokum
lambert-beer. Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban
dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.
Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu : Sinar yang
digunakan dianggap monokromatis; penyerapan terjadi dalam suatu volume yang
mempunyai penampang yang sama; senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut
tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut; tidak terjadi
fluorensensi atau fosforisensi ; serta indeks bias tidak tergantung pada
konsentrasi larutan.
G.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka kesimpulan
percobaan ini bahwa kadar komponen asetosal, dan kofein dalam sampel obat yang
mengandung campuran obat di atas berturut-turut adalah 8,3660 ppm dan 9,4376
ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Adeeyinwo
et all., 2013. Basic Calibration
of UV/ Visible Spectrophotometer. International
Journal of Science and Technology. Vol
2 No.3 IJST © 2013 – IJST
Publications UK. All rights reserved. 247.
Asih, A. R. A. I., dkk.
2012. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid Dari Madu Kelengkeng
(Nephelium longata L.). JURNAL KIMIA. Vol 6. No 2.
Dirjen POM.
1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta
Fatimah S, Iis
Haryati dan Agus Jamaludin. Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium
Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Seminar Nasional V, ISSN
1978-0176. SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, 5 November 2009
.
Harini, W. B., 2012. Aplikasi
Metode Spektrofotometri Visibel Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada
Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica). Prosiding Seminar Nasional
Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III. ISSN: 1979-911X.
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT.
Gramedia. Jakarta.
Herlani, R., 2012. Penentuan
Angka Banding no3/u dalam Larutan Uranil Nitrat Defisien Asam Untuk Umpan
Gelasi dengan Metode Titrasi Spektrofotometri Menggunakan Spectronic genesys
20. Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir. ISSN
0216 – 3128.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar
Kimia Analitik. Universitas Indonesia: Jakarta.
Nurhidayati., L. 2007. Spektrofotometri Derivatif dan Aplikasiya dalam
Bidang Farmasi. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia. Vol .5. No.2.
Suddhasattya Dey et all.,
2010. Development And Validation Of A UV-Vis Spectrophotometric Method For The
Estimation And Degradation Monitoring Of Cefadroxil In Bulk And Pharmaceutical
Dosage Forms. International
Journal of Chemistry Research. Vol
1, Issue 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar